Pagi menjelang siang di hari Kamis ini memiliki cuaca cerah dan panas. Mentari yang berganti nama menjadi matahari di kala siang bersinar tak berhenti, meskipun awan diam-diam menutupi.
Kelas 1 Bangsa, pagi itu telah sepi. Beberapa anak mengerjakan kegiatan pagi dengan semangat. Beberapa sedang menulis diary writing sambil berimajinasi, sebagian menyelesaikan sarapan otak dan sebagian besar anak sedang keluar kelas untuk qiroati. Sehingga kelas terdengar sunyi mandiri.
Jam setengah sepuluh, anak-anak membuat lingkaran (Circle Time), dilanjutkan bernyanyi lagu Medley Soleram, Bubuy Bulan dan Anging Mamiri dan ditutup dengan lagu Yamko rambe Yamko plus koreonya. Kemudian kita bersiap untuk Quiz Suka-suka episode live di bawah pohon mangga.
Setelah 4 kelompok dibagi, mulailah babak-babak quiz dilakukan. Hingga jam sebelasan quiz yang dipandu olehku itu berjalan sangat antusias dan menyenangkan! Sesaat sebelum makan siang dilakukan, Alif memberi usul,
“Pak, kita makan siang di sini saja, ya?”
“Iya, pak…iya, pak!” jawab serentak anak-anak. Aku mengangguk, jika diingat-ingat makan siang di luar memang jarang. Biasanya kami makan siang di kelas.
“Okey, kalau teman-teman mau makan di sini. Ambil tempat minum kalian, sendok, dan piring. Kita makan di sini,” jawabku
“Horreee…,” teriak anak-anak semangat.
Maka proses makan-memakan terjadi. Menu hari ini: nasi, ayam goreng kecap, sayur daun singkong dan buah pisang. Anak-anak makan siang dengan lahap. Beberapa anak seperti Ghean, Fathi, Rayhan dan Nesya nambah.
“Pak,..ada semut!” teriak Ammar. Aku baru tersadar di tempat aku duduk dan tempat wadah nasi, lauk dan sayur segerombolan semut mengambil remeh makanan yang jatuh.
“Ih, kayak ular bulu…,” teriak Rayhan. Bu Lia terperanjat disangka ada ulat bulu beneran, lalu tersenyum kemudian!
Di samping Ammar, kami dikejutkan ulah semut-semut besar. Fathi yang duduk di dekat lubang semut bergeser ke tengah tikar.
“Tidak apa-apa, Fathi… semutnya kan lagi makan juga!” ucapku menenangkan
“Iya, pak tapi aku takut digigit,” jawab Fathi sambil mengunyah makanannya.
Tiba-tiba satu semut besar membawa seiris bawang bombay bumbu kecap ke lubangnya. Ammar, Fathi dan Daffa mengamati sambil mengunyah.
“Lihat-teman-teman semutnya juga makan. Tapi mereka membawa makanannya ke lubang,” ujarku
“Iya, Pak! Lihat makanannya lebih besar dari badannya,” jawab Ammar. Yang lain mengangguk! “Apa muat ya, makanan itu masuk ke dalam lubangnya?” tanya Ammar kemudian.
“Coba kita lihat, muat nggak ya?” ucapku dengan intonasi penasaran.
Semut itu tidak langsung masuk ke lubang, tapi berputar-putar. Kami yang melihatnya jadi geli. Namun kemudian tiga ekor semut besar keluar dari lubang.
“Ooh, dia tadi tuh manggil-manggil teman-temannya. Mungkin dia bilang kalau di atas ada makanan. Jadi teman-temannya membantu membawa makanan keluar,” jelasku.
Benar saja, satu semut mengambil irisan bawang ke lubangnya. Semut yang lain mencari makanan. Barangkali semut pertama memberi kode kalau di atas sedang banyak makanan. Sehingga semut yang satu sudah membawa sisa tulang, semut yang satunya lagi membawa irisan bawang bombay yang lebih besar.
“Wah, muat ya. makanan itu masuk ke lubangnya,” teriak Ammar berbinar.
Aku , Fathi dan Daffa mengamati perilaku semut itu. Tidak lupa sambil mengunyah makanan di piring.
“Tuh, semut saja saling berkerjasama dalam berkerja, “ ucapku memberi kesimpulan. Mereka bertiga mengangguk!
Siang ini saat makan siang, saat matahari bersinar terang! Di bawah teduhnya pohon mangga, kami makan begitu lahap. Tanpa terasa satu ilmu dan satu momment berharga telah diperoleh hari ini. Indahnya!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H