Mohon tunggu...
Riecki Serpihan Kelana Pianaung
Riecki Serpihan Kelana Pianaung Mohon Tunggu... Karyawan Swasta -

"Hidup hanya berkelana dari sebuah serpihan untuk "menuju" mati" ____________________________________ @rskp http://www.jendelasastra.com/user/riecki-serpihan-kelana-pianaung https://domainxx.blogspot.co.id/ https://www.youtube.com/watch?v=M11_fpnT5_g&list=PL1k1ft1F9CCobi2FMkdqQ6H4PFFWPT--o&index=2 https://www.evernote.com/Home.action#n=c9ce48a1-38c2-4b2b-b731-c340d3352d42&ses=4&sh=2&sds=5&

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pendidikan Politik a la COC

26 Juni 2016   10:09 Diperbarui: 26 Juni 2016   21:41 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: Komputika blog.


Pada  rezim Orde Baru Pendidikan Politik seakan – akan terbungkam. Bukan lagi menjadi rahasia Negara tetapi menjadi  rahasia rakyat jelata. Sebab rakyat yang sekarang telah pintar, bukan lagi rakyat yang hidup dan bernapas dibawah tekanan pemerintah (zaman dahoeloe). Tetapi justru sebaliknya. Saat ini, kelihatannya Pemerintah – lah yang di tekan oleh rakyat.

Ketika, Pemerintah kurang tepat mengambil kebijakan; di warung – warung kopi berkumpulah para politikus jalanan. Topik pembahasan tak lain Pemerintah telah salah mengambil sebuah kebijakan. Dan pada ujung- ujungnya; katanya rakyat telah disengsarakan lagi.

Munculah opini dan reaksi pada  aras rakyat jelata yang tidak dididik dengan budaya politik. Mereka yang notabene hanya mengerti tentang cara untuk memegang cangkul, cara memanjat / menanam  kelapa / kelapa sawit, cara menanam singkong, ubi jalar, padi, cengkih, pala , menjual ikan perkilogram berapa, cara menangkap ikan bagaimana dan lain sebagainya; ikut – ikutan berkoar – koar . Setelah diajak untuk berdemo, semangat mereka pun berapi – api. Melebihi semangat 45. (mungkin juga dibayar ).

Sistim ini telah membudaya di semua daerah di Negara Republik Indonesia ini, hingga kapan pun. Tak akan berubah. Lalu, Sistim Pendidikan Politik yang dikupas oleh pakar – pakar politik itu di mana, kemana?

Pada era modernisasi, transformasi dan globalisasi saat ini. Zaman yang lebih modern lagi. Semua terlibat  dan melibatkan ; (terperangkap?) pada sistim internetan, game online, media sosial. (semoga tidak muncul tuhan online).

Dalam perhelatan atau  kegiatan politik khususnya pemilihan kepala daerah, Pendidikan Politik  hilang maknanya (tidak mendidik lagi).  Semua berpegang pada masing – masing Bakal Calon, Itu adalah pilihan dan hak pribadi seseorang. Tetapi, sistim mendidik dengan bahasa politik yang santun  itu juga penting dan  kita harus prioritaskan dan utamakan.

Contoh yang terjadi dan yang sedang berlangsung, di Propinsi DKI Jakarta. Sebagai Pusat dan barometer segala kegiatan Ekonomi, Sosial, Budaya, Politik, Hukum, Pendidkan  dan lain sebagainya. Seseorang Bakal Calon  dengan visi dan misi yang telah teruji kemampuannya, haruslah dilawan dengan hal yang serupa. Seorang bakal calon lain atau para pesaing, hadirkan dengan kualiatas visi dan misi yang melebihi dari bakal calon tersebut.  Bukan dengan cara untuk menjegal, menjatuhkan dengan segala cara – cara yang tidak terpuji,  (santun)  tidak mendidik, menghalalkan segala cara ( Machiavelianism ).

Yang terjadi saat ini ternyata:

Pendidikan Politik: Layaknya sebuah game online; Clash of Clans (COC) "Keode" 😂

sumber:http://neurogadget.com
sumber:http://neurogadget.com

@rskp, 26062016,,,,,,,,     jkt

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun