Aku mendedah hari
Dengan sekuntum  bulur merendai nasib
Terpasung oleh zaman yang entah basi
Yang perih tersayat  sembilu  menggigil
Dengan luka batin
Seraut wajah debu jalanan  penuh sisik maupun sirik
Di tanah yang ditinggalka jejak  para dewa
 Menjadi lahan perang kaum sengkuni dan kurawa
Seakan rembulan itu milik mereka barisan punggawa
Hilang satu persatu jubah miliknya dipandang tak lagi rupawan
Andai  airmata ini mengalir