Menuggu fajar mekar ditilam surya pagi yang rekah
Dibangku tua sepi aku menderik tubuh dengan rebah
Sambil menanak sisa embun semalam yang hampir keriting
Seutas benang merah menyasar ruas jiwaku tak elok dipandang getir
Menunggu sang madah melantunkan gema Minggu penyejuk ujar
Dengan jeritan rapsodi ku dentangkan lonceng menyebutMu “Tuhan”
Pada keyakinanku aku diderau hujan dan kilapan surya memiting, namun
Mensyukurkan nikmat pemberian napasMu yang terurai sepanjang umur
Satu persatu mengungkap dosa ini dalam bejana rumahMu Kudus