Dalam kisah : Selarik Jubah Kamamares*
Pada masa kejayaan kerajaan Majapahit, kerajaan - kerajaan yang ada di jazirah utara Celebes merupakan bagian terpenting dari cita – cita Patih Gajah Mada untuk mempersatukan Nusantara. Tersebut antara lain; kerajaan Bawontehu, kerajaan Tampungang Lawo, kerajaan Kendar, kerajaan Siau, kerajaan Mandolokang, kerajaan Talaud, kerajaan Mongondow, kesultanan Ternate dan Tidore, kesultanan Sulu dan Mangindano ( Mindanao/Philipina). Bahkan kerajaan – kerajaan ini merupakan garis terdepan ekspansi Majapahit ke Indo – Cina 600-700 tahun silam.
Di kejoguguan Witung. Tepatnya di sebuah pelabuhan berupa dermaga kayu tempat kapal – kapal kayu berlabuh dan berbuang sauh. Di sepanjang pantai itu berjejer pohon – pohon Witung. Wilayah itu masih masuk dalam kekuasaan kerajaan Bawontehu. Tidak banyak penduduk mendiami kejoguguanWitung itu. Dan diseberang kejoguguan Witung itu tampak sebuah pulau, namanya pulau Lembeh, sebagai tameng bagi gelombang yang besar. Sehingga Pelabuhan kayu itu merasa aman dari amukan badai dan topan samudera.
Pada masa itu, para raja – raja itu saling memberikan cendera mata sebagai tanda persaudaraan dan persahabatan ataupun juga sebagai kerajaan taklukan sehingga kerajaan yang ditakluk akan mengirim upeti kepada kerajaan penakluk. Maka jalan satu – satunya harus melewati jalur laut. Di dermaga kayu itulah yang menjadi tempat untuk menerima dan mengirim cendera mata tersebut.
Pagi itu, ada beberapa peti berisi cendera mata yang dikirim dari kerajaan Siau untuk kerajaan Bawontehu lewat sebuah kora – kora**. Oleh karena kerajaan Bawontehu mempunyai pertalian kekeluargaan dengan kerajaan Siau.
Nampak prajurit kerajaan sekaligus pengawal ekspedisi dari kerajaan Siau menurunkan beberapa peti berlambang kerajaan, siap di angkut dengan kereta kuda menuju kota raja Bawontehu. Para pengawal ekspedisi itu berjumlah delapan orang. Prajurit penyambut hadiah itu berjumlah dua orang.
Dua buah kereta kuda yang mengangkut rombongan ekspedisi pembawa hadiah kerajaan itu bertolak dari dermaga kayu. Perjalanan menuju kota raja Gahenang memakan waktu sehari semalam. Dengan melewati perbukitan dan hutan belantara.
Ketika matahari mulai menyisir hingga ke ubun kepala, rombongan itu akan memasuki sebuah hutan yang lebat dengan pepohonan. Tiba – tiba rombongan itu terhenti perjalanan mereka. Ada sekelompok orang berpakaian hitam dan memakai topeng tengkorak menghadang perjalanan mereka. Jumlahnya kurang lebih duapuluhan orang. Semuanya siap dengan pedang di tangan.
“Siapa kalian , berani menhgadang perjalanan kami!”
“Ha, ha, ha,,,,ekspedisi kerajaan,,pasti membawa barang berharga. Ha, ha,ha,,, kebetulan sekali. Kami butuh barang tersebut. Tinggalkan peti – peti itu , dan kalian angkat kaki dari wilayah kami ini, jika kalian masih menyayangi nyawa kalian!” Seorang kepala penjahat itu berkata.