Bumi yang berlapik tilam asap
Merendai hari-hari dengan kabut jelaga
Hingga lupa memandang ruas wajahnya
hanya bayangan sendiri yang  dapat disapa
lalu kemana mereka yang melinting bara ini?
Tak lagi didengar walau derai jeritan nurani:
Â
Dari puing jimbaran yang hangus meretak
Masih ada hati yang bening sehening rekah
Yang tersimpan rapi diujung lubuk sedepa
Dan memamah hari dalam sejengkal remah