Di kanvas malam engkau menebah gelisah
Seakan kota  di tubuhmu ambruk petaka
Runtuh sekejap alam pikirmu diruas sederhana
Lalu kau mainkan api dibalik derau hujan telah lesap
Adalah aku yang sendu menyeduh teguk kopi leluhur
Dengan melihat kotamu semakin membiru
Oleh ulah mulutmu yang tak sekekompangan
Hingga aminmu telah lupa dengan sejuta doamu
Coretan bibirmu yang menempel  dideretan bangku tua
Tak akan pamit sebab tingkahmu laksana petir yang penurut
Bermuka sana dan sini menjadi  gugusan pulau tak berpenghuni
Sehingga menutup setiap pintu dan jendela pencahayaan
Kekaburan debu – debu yang menempel di tubuhmu
Membuat engkau dilupakan oleh tuhan: siapa kamu
Engkau yang bersulur dalam nadi kedengkian merajam
Terbujur kaku oleh palu yang mengusungmu ke pintu neraka
@rskp,29032017,,, Â Â Â sby
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H