Mohon tunggu...
Riecki Serpihan Kelana Pianaung
Riecki Serpihan Kelana Pianaung Mohon Tunggu... Karyawan Swasta -

"Hidup hanya berkelana dari sebuah serpihan untuk "menuju" mati" ____________________________________ @rskp http://www.jendelasastra.com/user/riecki-serpihan-kelana-pianaung https://domainxx.blogspot.co.id/ https://www.youtube.com/watch?v=M11_fpnT5_g&list=PL1k1ft1F9CCobi2FMkdqQ6H4PFFWPT--o&index=2 https://www.evernote.com/Home.action#n=c9ce48a1-38c2-4b2b-b731-c340d3352d42&ses=4&sh=2&sds=5&

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Membaitkan Langkah

12 November 2016   05:04 Diperbarui: 12 November 2016   05:05 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar monochrome photography

Tanah ini telah kering

Oleh darah dan air matamu

Tulang belulangmu telah lebur

Menjadi  kaki kita berpijak

Engkau telah meneroka  jalan ini

Menjadi setapak  setiap nadi kebencian

Sejengkal  bumi  membaitkan langkah  yang melolong

Mencekau  setiap derit  sebuah jeritan panjang

Tentang makna yang tak pernah hakiki

Serindit di bilik bambu mengepak separuh sayap

Untuk menadah selenting  lengan yang menggapai

Mencaruk di ranting  patah dengan selembar nyawa

Bila musim telah punah dan rembulan gugur di lumut

Apakah esok bisa berkaca tentang hari yang remah

Kupahat setiap hempasan samudra yang jatuh bangun ke air

Pergi  ke bibir – bibir tebing yang setiap kali kulewati runtuh

Menimpa langit yang sekarat luka tertikam amarah

Kepada siapa lagi telaga bening itu hening  tercipta

Tatkala hujan pucat pasi wajah kemarin

Kulipat kidung yang hilang sepertiga  notasi

Di atas balok awan terkebat  kabut membilang silam

Tersetai bagai tulang belulang yang menggigil para leluhur

Memungkang bersama bayangan yang lesap di ujung tikungan

Kembali ku pulang sambil sesapkan  napas mencelupkan angan

Serpihankelana,12112016                 sastra dewata


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun