Mohon tunggu...
Riecki Serpihan Kelana Pianaung
Riecki Serpihan Kelana Pianaung Mohon Tunggu... Karyawan Swasta -

"Hidup hanya berkelana dari sebuah serpihan untuk "menuju" mati" ____________________________________ @rskp http://www.jendelasastra.com/user/riecki-serpihan-kelana-pianaung https://domainxx.blogspot.co.id/ https://www.youtube.com/watch?v=M11_fpnT5_g&list=PL1k1ft1F9CCobi2FMkdqQ6H4PFFWPT--o&index=2 https://www.evernote.com/Home.action#n=c9ce48a1-38c2-4b2b-b731-c340d3352d42&ses=4&sh=2&sds=5&

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Jakarta, Angkuhmu Terlalu

22 September 2015   18:24 Diperbarui: 22 September 2015   18:36 385
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Engkau terlalu menawan, di atas awan banyak lawan
Gedung dan gubukmu, mencium langit masih saja meratap tangis
Di jalan- jalan, seliweran meriuh iblis saling menggentayangi
Mana hilir mana hulu, yang ada ada hanya bibir dan mulut

Di simpang ruas terik legam maupun malam kelam,
kunang- kunang mengerlip, selip
Menata jalan yang sesak bergerombol di tikungan, tikus got
Matamu menyalak bagai bara api, memanggang punggung
Kau lupa kau ibu dari setiap bunda, yang kunjung menyusui

Jakarta, angkuhmu terlalu: bangku tuamu tak pernah renta
Tak kenal tetangga, tak kenal sesama, tetapi engkau terkenal
Engkau membangun tanah, engkau juga meruntuhkan tanah,
lalu gila, anjing gila, banteng gila, musik gila, tergila – gila:
Orang-orangpun juga gila, harta dan jabatan, akhirnya gila sendiri

Berkacalah engkau Jakarta; pada hijau bumi, pada kali yang bening,
Pada lautan yang teduh, pada malam yang sepi, pada udara yang sejuk,
pada jalanan yang lengang, pada arca yang diam, pada gubuk yang reot
Engkau menampik senandung usang, “siapa suruh datang Jakarta”
Terlalu kejam, sungguh engkau kejam, melebihi ibu tiri yang konon kejam

 *****

 

@rskp, 22092015 Jakarta

 

sumber ilustrasi Potret Jakarta 

[caption caption="G+"][/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun