Kemarin itu purba menyibak revolusi
Angkara dan angkasa terbang sehati
Lalu bertengger di pucuk –pucuk mati
Dan gugur tanpa hela napas lagi
Â
Kemarin itu silam tersulam murka
Di sumur tua, suburkan tanah petala
Oleh amuk wajah-wajah petaka
Berselempang resimen legiun raka
Â
Kemarin yang murtad adalah tangisan