PULANG
Pagi buta aku pulang
bukan ke rumah tapi ke jiwa.
Aku istirah dimana?
Jika jiwa telah lewati lelah.
KULKAS
Sofa-sofa sudah lelah.
Ranjang terus menua.
Kelaminmu muak,
dengan kelaminku?
Simpan saja kelamin kita di kulkas,
dalam botol-botol waktu membeku.
RUANG TAMU
Siapa yang bertamu,
Dan menjamu?
Jika ruang tamu menunggu gagu.
Bukan cuma gagu,
Tapi kita sengaja lupa
Dan bertubi-tubi melupakan.
Karena sesungguhnya tak pernah ada kita,
Aku dan kamu telah hilang akal,
Lalu rasa,
Lalu suara,
Lalu kata.
Lantas untuk apa ruang tamu, jika tak ada tamu dan yang menjamu?
Lagi-lagi aku dan kamu bertubi-tubi gagu.
Lantas untuk apa kelamin kita? Jika merekapun ikut-ikutan gagu.
RETAK
Di cermin tak ada mata kita
wajah kita
jiwa kita.
Yang ada hanya keretakkan kenangan,
yang tak pernah diperbaiki waktu.
Diambil dari Buku Kumpulan Puisi "Lelaki Menangis" Karya : Serpihan Abad
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H