Mohon tunggu...
Serpihan Abad
Serpihan Abad Mohon Tunggu... karyawan swasta -

aku bukan anak rembulan yang dihamili matahari. aku- tak sengaja di tetaskan embun di ujung-ujung daun. sepenggalan matahari naik, aku kan musnah. tanpa catatan sejarah. menguap dilautan sarwa purba. ada. dan atau tiada. ke niscayaan kah?. - S.A.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kumpulan Puisi "Lelaki Menangis"

24 Oktober 2013   16:24 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:05 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

PULANG

Pagi buta aku pulang
bukan ke rumah tapi ke jiwa.
Aku istirah dimana?
Jika jiwa telah lewati lelah.

KULKAS

Sofa-sofa sudah lelah.

Ranjang terus menua.

Kelaminmu muak,

dengan kelaminku?

Simpan saja kelamin kita di kulkas,

dalam botol-botol waktu membeku.

RUANG TAMU

Siapa yang bertamu,

Dan menjamu?

Jika ruang tamu menunggu gagu.

Bukan cuma gagu,

Tapi kita sengaja lupa

Dan bertubi-tubi melupakan.

Karena sesungguhnya tak pernah ada kita,

Aku dan kamu telah hilang akal,

Lalu rasa,

Lalu suara,

Lalu kata.

Lantas untuk apa ruang tamu, jika tak ada tamu dan yang menjamu?

Lagi-lagi aku dan kamu bertubi-tubi gagu.

Lantas untuk apa kelamin kita? Jika merekapun ikut-ikutan gagu.

RETAK

Di cermin tak ada mata kita
wajah kita
jiwa kita.

Yang ada hanya keretakkan kenangan,
yang tak pernah diperbaiki waktu.

Diambil dari Buku Kumpulan Puisi "Lelaki Menangis" Karya : Serpihan Abad

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun