Mohon tunggu...
Jessica Seriani Hermanto, S. Ars
Jessica Seriani Hermanto, S. Ars Mohon Tunggu... -

Alumni Universitas Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Money

Ibu-ibu Cipedak Hasilkan Uang dari Sampah

31 Oktober 2012   06:49 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:10 1409
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Universitas Indonesia (DRPM UI) tahun 2012 mengadakan kembali dua bentuk Program Pengabdian Masyarakat, yaitu Program Ipteks bagi Masyarakat (IbM) dan Ipteks bagi Depok (IbD). Program ini bertujuan untuk memberikan kesempatan bagi para akademisi UI untuk memberikan kontribusi secara nyata kepada masyarakat dengan dukungan pendanaan oleh DRPM UI, sehingga masyarakat mendapatkan pengetahuan baru yang diharapkan memiliki nilai ekonomi bagi kehidupan.

Sebuah tim kecil dari Departemen Arsitektur UI, dipimpin dosen muda dengan keahlian khusus dalam Perencanaan dan Pemberdayaan Masyarakat dan dibantu oleh beberapa mahasiswa yang sudah pernah terlibat dalam kegiatan penelitian pengelolaan sampah sebelumnya turut berpartisipasi dalam program IbM dengan berkonsentrasi pada pembangunan rumah kompos dan bank sampah berbasis masyarakat untuk peningkatan kualitas lingkungan hidup di kawasan Cipedak - Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan. Kegiatan ini melibatkan mahasiswa arsitektur karena masalah sampah bukan hanya mencakup masalah lingkungan fisik saja, melainkan juga mencakup masalah perencanaan lingkung bangun yang sampai saat ini belum dapat diselesaikan oleh infrastruktur pengolahan limbah dalam lingkup mikro dan makro.

Kelurahan Srengseng Sawah - Cipedak dipilih karena merupakan satu dari kawasan perkampungan yang luput dari jangkauan sistem pengelolaan sampah kota. Meskipun masih termasuk dalam wilayah DKI Jakarta, warga kawasan Cipedak terbiasa mengelola sampahnya sendiri atas inisiatif warga. Dengan jumlah rumah sekitar 273 dan berkepadatan rata-rata 4 orang/rumah, RT 04 menghasilkan sekitar 44 Ton sampah rumah tangga per tahun (Data hasil penelitian, 2011). Hampir seluruh sampah yang dihasilkan dibuang di tanah warga di lingkungan sekitar, sementara sebagian lainnya dibuang di kebun-kebun, pinggiran sungai dan tempat-tempat timbunan lain yang tersebar di sekitar lokasi. Sayangnya sampah yang sekitar 70%-nya adalah limbah organik ini ditimbun bersama sampah lainnya seperti plastik (10%), kertas (6%), styrofoam, popok bayi, dll. dan berpotensi sebagai pencemar lingkungan terutama di sekitar timbunan (Hasil penelitian, Ova Candra Dewi dan Tim, 2011). Sampah organik yang ditimbun langsung di atas tanah bercampur dengan non-organik lain yang mungkin termasuk limbah beracun dan berbahaya (Limbah B3) dan berpotensi mencemari air tanah. Selain itu tumpukan sampah yang membusuk mengundang bau dan lalat sebagai sumber penyakit, terlebih di musim hujan.

Tim ini memanfaatkan kehidupan bermasyarakat tradisional dari warga RT 04 RW 09 yang secara sosial cukup aktif, dengan berbagai kegiatan berpusat pada semangat gotong royong seperti kerja bakti rutin setiap hari Jumat pagi. Ketersediaan waktu untuk melakukan kegiatan bersama ini kemudian diisi dengan kegiatan pengelolaan sampah organik dan non-organik secara terintegrasi. Kegiatan tersebut dimulai dengan pemberian materi berupa pengetahuan mengenai potensi dan bahaya limbah, diikuti oleh penyadaran akan potensi lingkungan, dan pemberian motivasi untuk menghasilkan keuntungan ekonomi dari limbah. Beberapa komunitas yang sudah berhasil menunjukkan pengelolaan sampah secara mandiri, seperti kelompok kegiatan bank sampah dari komunitas Mpok Lili dan kelompok kegiatan rumah kompos dari komunitas Ciliwung Merdeka, diundang untuk menjadi mentor bagi kelompok yang akan dibina. Kelompok warga Cipedak kemudian dilatih untuk memanfaatkan sampah organik sebagai kompos, sementara sampah non-organik sebagai bahan baku produk kerajinan.

1351661766637036321
1351661766637036321

Plastik kemasan detergen atau kemasan sachet minuman serbuk dapat dijadikan barang-barang pakai bernilai ekonomi. Beberapa contoh produk yang dapat dihasilkan dari sampah tersebut antara lain adalah: tas, aksesoris wanita, gantungan handphone, tempat pensil, dan lain-lain. Ibu-ibu Cipedak yang kreatif ini memberi label ‘nakniknuk’ pada produk-produknya yang memiliki arti: “alon-alon asal klakon,” perlahan-lahan sampah dapat diolah menjadi sesuatu yang berguna. Sementara itu, untuk sampah organik seperti sisa buah-buahan, sisa potongan sayuran, tulang ayam, ikan dapat diolah menjadi pupuk kompos organik dengan melalui tahap penggilingan dengan mesin pencacah, penambahan bakteri EN4, serbuk kayu, kotoran sapi, pengadukan, penyimpanan, penyaringan dan penjemuran dalam waktu kurang lebih 3-4 minggu. Melalui proses tersebut, dapat dihasilkan pupuk kompos organik dengan kualitas premium. Pupuk hasil karya Ibu-Ibu Cipedak ini dijual seharga 12.000/5 kg dengan label CPK49 (Cipedak RT 04 RW 09).

13516642261860532816
13516642261860532816

Dengan adanya kegiatan pembuatan kompos bersama dan Bank Sampah, timbunan sampah diharapkan berkurang sampai dengan 50%. Selain mengurangi dampak negatif bagi lingkungan, warga juga berpotensi mendapatkan keuntungan ekonomi dari produk yang dihasilkan. Hal lain yang tidak kalah pentingnya adalah setiap individu dalam masyarakat terlatih untuk bersama-sama bertanggung jawab menjaga kualitas lingkungan hidup di lingkungannya, dan mewujudkan kebersamaan warga yang solid. Melalui kegiatan ini, Ibu-Ibu Cipedak dapat menghasilkan keuntungan 25% dari setiap produk yang terjual. Menarik bukan? Untuk mempelajari lebih lanjut, bisa menghubungi Ibu Ina (0852-84325613) atau melalui blog resmi nak.nik.nuk : nakniknuk49.wordpress.com dan Facebook Fan Page: nak nik nuk (https://www.facebook.com/pages/Nak-nik-nuk/111640428993888?ref=hl).

Mari bersama-sama mengurangi sampah di Jakarta!

Oleh Jessica Seriani (alumni Departemen Arsitektur UI) dan Ahmad Gamal (dosen perencanaan kota dan wilayah, Departemen Arsitektur UI). Penulis adalah Anggota dan Ketua Tim Pengabdian Masyarakat UI untuk kawasan Cipedak, Srengseng Sawah Jagakarsa tahun 2012.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun