Literasi merupakan kemampuan individu dalam memahami dan mengolah informasi melalui bacaan ataupun tulisan. Literasi melibatkan kegiatan membaca dan menulis. Membaca kegiatan untuk mengartikan bentuk tulisan untuk dipahami sehingga memperoleh informasi. Sedangkan menulis kegiatan yang memanfaatkan kekuatan tangan untuk menghasilkan goresan berupa tulisan yang disusun dari huruf menjadi kata hingga kalimat sebagai ungkapan dari pikiran sesorang. Kata literasi tidak asing bagi sebagian besar individu terutama dalam bidang Pendidikan. Apalagi maraknya program yang digalakkan untuk meningkatkan literasi warga Indonesia khususnya kalangan peserta didik..
Program yang dilaksanakan oleh pemerintah diantaranya yaitu pemanfaatan teknologi dengan menyediakan perpustakaan digital yang dapat diakses oleh semua pihak dengan kemampuan menggunakan gawai atau computer. Peningkatan sarana dan prasaran perpustakaan dengan menyediakan ruang perpustakaan dan memperbaharui koleksi buku. Lalu gerakan literasi nasional yang mencakup gerakan literasi keluarga, gerakan literasi sekolah dan gerakan literasi Masyarakat. Bahkan adanya Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) ditingkat sekolah dasar hingga menengah untuk menilai kompetensi yang dimiliki peserta didik sebagai generasi muda pada kompetensi literasi membaca dan numerasi (matematika).
Salah satu program yang ramai dijalankan oleh Lembaga Pendidikan formal baik SD, SMP dan SMA adalah gerakan literasi sekolah (GLS). Kegiatan ini bertujuan untuk memupuk minat baca peserta didik, serta memberikan kesempatan bagi mereka untuk mengembangkan imajinasi dan kreativitas melalui pengalaman belajar yang menyenangkan (Yuniannika & Suratinah, 498:2019). Lalu pada Tingkat sekolah dasar (SD) gerakan literasi sekolah dapat dilakukan dengan mengadakan hari khusus untuk membaca bersama warga sekolah sebelum melakukan pembelajaran dan memanfaatkan prasarajna sekolah berupa perpustakaan. Selain itu, dapat dilakukan sebuah kegiatan pojok literasi yang dapat dibuat di lokasi tertentu di area sekolah seperti taman ataupun setiap kelas.
Mengenai hal itu dilakukan metode penelitian studi Pustaka tentang peningkatan literasi melalui pojok baca. Aryani & Purnomo (74:2023) mengungkapkan bahwa studi pustaka data diperoleh dengan cara mengkaji berbagai publikasi ilmiah, termasuk buku, jurnal, dan artikel yang terindeks di Google Scholar dan SINTA. Informasi yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari berbagai publikasi ilmiah yang relevan dengan tema pojok baca, seperti buku, jurnal, dan artikel. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode analisis isi. Untuk memastikan keakuratan dan kelengkapan data yang diperoleh, perlu dilakukan upaya pengecekan kembali sumber pustaka yang digunakan.
Lalu selain itu, ada metode tambahan yang dilakukan ialah wawancara. Wawancara dilakukan dengan mencari informasi melalui narasumber terkait topik yang dibahas dalam penelitian. Wawancara dilakukan dengan salah satu guru di sekolah dasar dengan mengajukan pertanyaan terkait pojok baca yang tersedia di sekolah. Jadi data yang diperoleh melalui dua metode yaitu penelusuran melalui artikel dan mengaitkan dengan hasil wawancara bersama narasumber.
A. Pengertian Pojok Baca
Pojok baca merupakan salah satu bentuk menerapkan gerakan literasi sekolah. Pojok baca mulai banyak disediakan oleh sekolah dalam berbagai tingkatan. Pojok menurut Khasanah, dkk (704:2023) ialah penggunaan area untuk suatu hal tertentu. Sedangkan, pojok baca merupakan program pendidikan yang menyediakan ruang khusus untuk menumbuhkan minat membaca dan menulis dalam diri peserta didik. Kegiatan ini menjadi langkah dalam menstimulus peserta didik untuk produktif pada kegiatan membaca. Pojok baca merupakan area sudut yang dimanfaatkan sebagai ruang membaca di kelas, pojok baca dilengkapi dengan berbagai bacaan edukatif dan karya siswa untuk merangsang minat literasi. Pojok baca biasanya dihias dengan menarik menggunakan bahan-bahan sederhana yang mudah didapat, dilengkapi dengan berbagai buku dan karya siswa untuk menciptakan suasana yang inspiratif dan memotivasi peserta didik untuk aktif membaca dan menulis. Hal ini sejalan dengan pendapat dengan Nugroho, dkk (189:2016) yang menyatakan pojok baca merupakan sudut ruang kelas yang dapat difungsikan sebagai ruang baca yang dipenuhi koleksi buku dari para peserta didik. Pojok baca di kelas dapat menjadi pelengkap dari fasilitas perpustakaan sekolah yang telah tersedia. Pojok baca yang terdapat di kelas memberikan alternatif bagi peserta didik untuk memperoleh bahan bacaan selain dari perpustakaan sekolah. Koleksi buku di pojok baca kelas berasal dari buku yang dibawa oleh peserta didik, sehingga nantinya mereka dapat saling meminjam buku satu sama lain.
Dengan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pojok baca merupakan kegiatan yang memanfaatkan sudut kelas yang dapat digunakan sebagai tempat membaca peserta didik di kelas. Koleksi buku berasal dari peserta didik yang dibawa secara sukarela. Kegiatan membaca buku di dalam kelas dapat membuka kesempatan peserta didik untuk menumbuhkan minat baca sekaligus menulis dalam mengungkapkan apa yang diperoleh dari kegiatan membaca sebelumnya.
B. Perbedaan Perpustakaan dan Pojok Baca
Hampir disetiap sekolah mempunyai perpustakaan sebagai tempat membaca ataupun letak penyimpanan buku sekolah. Kenyataannya perpustakaan dan pojok baca memiliki kesamaan yaitu menyediakan tempat untuk meningkatkan minat baca peserta didik dilingkungan sekolah. Karena bagaimana pun sekolah tempat anak belajar dan meningkatkan kompetensi yang dimiliki salah satunya ialah membaca. Karena dengan baiknya literasi individu akan mempengaruhi wawasan yang diperoleh terhadap suatu informasi.
Namun selain kesamaan kedua prasarana ini terdapat beberapa perbedaan yang cukup jelas. Dari segi ukuran perpustakaan disediakan ruang khusus untuk menyimpan buku yang bersifat edukatif. Sedangkan pojok baca hanya memanfaatkan sudut ruang yang dapat dijadikan tempat membaca peserta didik. Lalu kondisi ruangan biasanya luas dan perpustakaan diisi oleh buku, rak, meja dan kursi yang tersusun rapi. Untuk pojok literasi biasanya hanya terdapat rak gantung yang dapat menyimpan sedikit buku, didekorasi sedemikian rupa supaya terlihat menarik dan hasil dekorasi berasal dari kerja sama peserta didik. Kemudian untuk jumlah buku dalam perpustakaan mampu memuat buku kelas 1-6 karena kapasitas yang mumpuni. Pojok literasi menyesuaikan buku dengan jumlah peserta didik di kelas. Lalu pada aspek perawatan dan penjagaan perpustakaan biasanya terdapat perpustakawan yang bertugas melakukan pengamatan, pendataan dan pengecekan terhadap buku yang dipinjam maupun dikembalikan ke perpustakaan mengikuti peraturan yang telah ditetapkan sekolah. Pojok baca sendiri kegiatan penjaga dilakukan peserta didik di kelasnya masing-masing yang berdasarkan kesepakatan kelas yang ditetapkan antara peserta didik dan guru.