Keping 'Eskapis' memaksaku menoleh hingga leherku patah
:luka tanpa darah
Perempuan Maghrib menyuapkan lagi sesendok usia dari piring-piring hari yang dijalaninya
memeras payudara yang mengandung hanya airmata, menampungnya dalam gelas kosong berdebu
Rinduku adalah rumah laba-laba
yang jaringnya berbisa
Semula adalah kita,
namun diam-diam engkau mampu melepaskan diri
tak meninggalkan untukku -- meski hanya -- sepucuk peduli
Sedang batinku tak pernah mengerti,
mungkinkah pada suatu jaman yang lebih perih dari sekarang,
kau akan kembali?
: kepada Semesta, Nusantara, Tenggara..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H