Kenapa kamu masih disitu meratap sedang senja sudah lama wafat?
Kuku diujung jarinya membiru -- perempuan yang kemarin kusaksikan tenggelam oleh Maghrib. Dia sedang membaca, membaca waktu yang ghaib. Ada jeda. Dihirupnya udara sebanyak yang dia bisa, hingga dadanya membusung, menjelmakan nyata lingkar payudara. Entah telah berapa banyak sepi yang menyusu padanya.
Aku mulai rindu padamu yang tertawa, menantang dunia dengan manja. Apa dia pernah tahu bahwa kau hanya pura-pura tuli? Apa dia tahu bahwa nyerimu membatu disudut hari? Apa dia tahu bahwa kau memaksa kaki lukamu lari? Pun bila tahu, apa dia perduli?
Kenapa kamu masih disitu meratap sedang senja sudah lama wafat?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H