Mohon tunggu...
Chaira Andhia Putri
Chaira Andhia Putri Mohon Tunggu... lainnya -

Kadang kusangka mimpiku sederhana. Hidup sederhana, dengan pria sederhana, bersama anak-anak kami dan meniti jalan ke surga. Tapi ternyata, mimpi itu tak sesederhana yang kukira.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kembangpete, Begitu Aku Memanggilnya-2

9 Agustus 2012   01:09 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:04 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kenapa kamu masih disitu meratap sedang senja sudah lama wafat?

Kuku diujung jarinya membiru -- perempuan yang kemarin kusaksikan tenggelam oleh Maghrib. Dia sedang membaca, membaca waktu yang ghaib. Ada jeda. Dihirupnya udara sebanyak yang dia bisa, hingga dadanya membusung, menjelmakan nyata lingkar payudara. Entah telah berapa banyak sepi yang menyusu padanya.
Aku mulai rindu padamu yang tertawa, menantang dunia dengan manja. Apa dia pernah tahu bahwa kau hanya pura-pura tuli? Apa dia tahu bahwa nyerimu membatu disudut hari? Apa dia tahu bahwa kau memaksa kaki lukamu lari? Pun bila tahu, apa dia perduli?

Kenapa kamu masih disitu meratap sedang senja sudah lama wafat?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun