Saya sangat menikmati suasana Kafe Albartos, ramai pengunjung menyantap berbagai hidangan yang ada di kafe ini. Di halaman kafe saya melihat taksi berhenti, seorang wanita turun dengan segala macam kecantikan nya. Dia masuk, dan Winny menghampiri wanita itu seraya tersenyum padanya. Di kafe ini benar-benar penuh, dan dengan sangat kebetulan sekali semua tempat terisi penuh. Kecuali hanya satu tempat di hadapan saya ini. Akhirnya Winny menarik wanita itu ke arah tempat duduk saya.
Akhirnya setelah beberapa menit, saya mengetahui nama wanita itu. Mikhaila, kenalan Winny semasa dulu, perbincangan saya dan Mikhaila tidak menemui rintangan, untuk waktu beberapa menit bisa di bilang Mikhaila adalah wanita yang manis, Saya berharap perbincangan ini terus berlanjut, saya harap hujan segera turun, semoga semua taksi penuh dan petang tak cepat-cepat menghampiri, saya masih ingin berbincang dengannya.
Ternyata lain, Hujan tak turun, taksi hilir mudik berpapasan dengan kendaraan lain. Petang juga, cepat rasanya. Padahal Saya masih belum mengetahui berbagai aspek tentang Mikhaila yang manis itu. Bagaimana jika lain kali saja, Mikhaila... beberapa jam bersamamu tak penuh, nanti lain waktu kita menonton pertunjukan musik jazz, lalu bersama-sama menelusuri jalanan kota, atau ke taman kota, melukis barangkali, denganmu.
"Sering kesini?," Mikhaila bertanya.
"Terkadang, Winny yang mengenalkan saya pada kafe ini."
"Dia itu...kau harus lebih mengenalnya."
"Bagaimana dengan teleponmu?."
"Teleponku?."
"Nomer teleponmu."
"Temui saja aku besok sore di kafe ini." Dia tersenyum , lalu pergi menghampiri Winny dan berangkat menuju taksi kembali.
Setelah pulang menggunakan taksi menuju apartemen tinggal saya, hujan turun tepat ketika saya turun di halaman apartemen, seperti biasanya saya menggunakan tangga darurat dan akhirnya sampai menuju ruangan saya.