Di tengah hiruk pikuk kota Jakarta yang dapat dipenuhi oleh berbagai macam gedung pencakar langit yang tinggi terdapat sosok pria paruh baya yang bernama Dharma. Dharma kini merupakan seseorang manajer di salah satu perusahaan besar di pusat kota. Setiap pagi Dharma selalu melintasi jalanan yang ramai dengan kendaraan dan pejalan kaki yang bergegas menuju kantor. Ia pun selalu mencermati sekelilingnya dengan ekspresi serius yang mencerminkan tekanan dari berbagai tugas pada masyarakat Jakarta.
Namun di balik kesibukannya yang terlihat begituh teratur dan terkendali Dharma menyimpan beban dalam hatinya. Selama bertahun-tahun terdapat satu dendam yang menyala di dalam dirinya terhadap seseorang yang pernah mengubah jalan kehidupannya. Nama sosok yang didendam oleh Dharma bernama Bambang yang merupakan mantan sahabat yang dulu pernah menjadi bagian di masa lalunya. Fitnah dan pengkhianatan yang dilakukan oleh Bambang kepada Dharma benar-benar menghancurkan karier dan reputasi. Dampaknya memaksa Dharma untuk meninggalkan desa dan memulai hidup baru di ibukota yang tanpa siapapun disana.
Meski Dharma telah berusaha keras untuk membangun kembali hidupnya di Jakarta namun bayang-bayang Bambang selalu menghantui. Setiap kali melihat wajah yang terlihat mirip Bambang yang berlalu-lalang di jalanan kota Jakarta ingatannya selalu kembali ke persahabatan mereka. Dharma sering kali merasakan hal tersebut membuat pertanyaan kepada dirinya berupa apakah perasaan dendam ini layak untuk dipertahankan setelah begitu banyak waktu telah berlalu.
Setiap langkah dan keputusan yang diambil oleh Dharma dalam karirnya di Jakarta selalu dipengaruhi oleh luka masa lalu yang belum sembuh. Meskipun ia telah mampu berhasil meraih kesuksesan sebagai seseorang manajer yang dihormati. Namun di dalam potongan kehidupanya masih terdapat retakan yang belum sepenuhnya bersatu akibat masa lalu. Dendam yang dimiliki Bambang menjadi bahan bakar yang terus menerus menggerakan langkahnya. Walaupun terkadang Bambang selalu menyadari bahwa melakukan balas dendam tidak akan membawa kebahagiaan sejati.
Pada malam yang sepi ditandai kebisingan kota Jakarta mereda membuat Dharma sering kali duduk sendirian di apartemen yang mewah. Saat sedang duduk sendirian Dharma sering sekali merenungkan kehidupan yang telah ia jalani selama ini. Di dalam hatinya tersebut Dharma mulai mempertimbangkan untuk menyelesaikan konflik yang sudah lama terpendam. Dharma merasa saatnya kini untuk benar-benar mengakhiri siklus dendam yang hanya memberikan penderitaan lebih banyak kepada dirinya.
Suatu hari yang tidak terduga Dharma dan Bambang bertemu kembali dalam sebuah acara bisnis yang dihadiri oleh banyak tokoh penting. Pertemuan itu membawa kembali semua emosi dan dendam yang sempat sirna menjadi naik ke permukaan. Hal tersebut karena Bambang dengan sangat angkuh mengejek Dharma karena hanya menjadi seseorang manajer perusahaan besar. Sedangkan Bambang kini telah sukses dari hasil bisnis yang dijalankan di masa lampau bersama Dharma. Dharma langsung merasa sakit hati dan marah yang luar biasa akibat perlakukan Bambang di acara bisnis tersebut. Semua luka yang awalnya kian mengecil kini kembali terbuka sangat lebar mengingatkan kepada segala kejadian di masa lampau terputar kembali dalam pikirannya.
Setelah peristiwa pahit yang terjadi di acara bisnis tersebut membuat Dharma pulang dengan hati yang penuh dengan amarah. Tidak hanya amarah yang dibawa oleh Dharma tetapi juga keputusannya di dalam benaknya. Tanpa sedikit keraguan Dharma mulai mengumpulkan segala inforamsi dan sumber daya untuk menghancurkan bisnis Bambang. Menggunakan jaringan dan pengaruhnya di dalam dunia bisnis membuat Dharma mulai melakukan berbagai serangkaian langkah strategis untuk menjatuhkan reputasi Bambang serta merusak operasional bisnisnya.
Setiap langkah yang Dharma ambil selalu diarahkan menggunakan kecanggihan dan kehati-hatian untuk membuat rencananya semakin kuat. Dharma juga memanfaatkan secara baik setiap kesempatan untuk menempatan Bambang dalam cahaya yang paling buruk di mata publik dan komuniktas bisnis. Gosip, fitnah, sampai manipulasi informasi menjadi senjata utama dalam perang yang dijalankan oleh Dharma bagi Bambang.
Setiap kali Dharma melihat adanya kemajuan dalam upaya menghancurkan bisnis Bambang pastinya membuat senang dan puas menghampirinya. Setiap langkah yang berhasil membuat Dharma merasa puas atas balas dendamnya yang berjalan sesuai rencana. Namun ketika rencana yang telah dibuat mengalami kegagalan atau terhalang oleh hambatan membuat Dharma tidak putus asa. Kegagalan dalam eksekusi penghancuran bisnis Bambang membuat Dharma selalu semangat merencanakan strategi yang lebih cermat lagi. Meskipun emosinya naik turun di tengah pertempuran yang dilakukan tetapi keinginan untuk melihat Bambang jatuh menjadi obsesi yang tidak terbendung.
Obsesi Dharma untuk melakukan balas dendam kepada Bambang telah mengubahnya secara perlahan-lahan. Ketika Dharma sedang sibuk-sibuknya melakukan pekerjaanya selalu tidak bisa fokus kerena selalu teralihkan akan cara menjatuhkan mantan sahabatnya. Saking mengambil fokus Dharma sangat banyak membuat kehidupannya tidak berjalan dengan baik. Hal tersebut karena pikirannya selalu secara terus menerus melayang-layang pada rencana untuk balas dendam yang mau dijalankan.