Kini pertanyaanya berupa "Apakah Satri bersedia kembali ke rumah untuk bertemu dengan anak dan suaminya?". Jika kembali tentunya akan dapat membuka jalan bagi pencerahan emosional dari karakter dalam film tersebut. Untuk mengetahuinya maka pembaca harus menonton film tersebut sampai tamat.
Film tersebut secara khusus menggambarkan tentang perjuangan Satri dalam menjalankan peran ganda. Tentunya peran ganda tersebut juga terkadang dapat terlihat dari sosok ibu di masyarakat Indonesia. Kondisi tersebut memaksa sosok ibu harus membagi peran antara tanggung jawab untuk keluarga kecilnya dengan mata pencaharian. Saat menjalani dua peran tersebut sangat sering kali tanpa adanya bantuan dari pihak lainnya.Â
Hal tersebut memberikan gambaran yang sangat kuat dan kokoh atas kompleksnya peran ibu dalam menghadapi kehidupan. Tidak lupa film tersebut juga menyoroti atas kekuatan sampai keteguhan hati untuk menjalankan peran ibu dengan baik.
Perjuangan yang dilakukan Satri untuk menjaga integritas sebagai sosok ibu tercermin sangat kuat di film. Meskipun selalu dihadapkan pada berbagai situasi sulit nyatanya Satri tetap berpegang pada nilai dan prinsip sebagai ibu yaitu tanggung jawab.Â
Walaupun sosok Satri harus terpaksa melakukan tindakan hukum tetapi tujuannya tetap tanggung jawab kepada keluarga kecilnya. Belum lagi sikapnya yang teguh dalam menjalankan peran ibu dengan baik walaupun kondisi sulit. Sikap tersebut menjadi contoh yang inspiratif bagi banyak ibu-ibu di Indonesia yang menghadapi kondisi serupa. Maka film tersebut menggambarkan perjuangan ibu memberikan pesan akan kekuatan moral dan ketabahan hati saat mengatasi kesulitan hidup.
Konflik keluarga seperti antara Satri sama suaminya serta dengan Jempol terasa dalam film. Ketegangan dan ketidakharmonisan dalam hubungan orang tua memberikan dampak kurang baik kepada sang anak. Dampak kepada sang anak dapat terlihat dari reaksi emosional Jempol terhadap konfilik tersebut. Perginya Satri dari rumah yang hanya meninggalkan Jempol sendiri untuk merawat ayahnya secara mandiri tanpa dukungan siapapun.Â
Kondisi tersebut mengingatkan para pembaca khususnya penulis pada realitas rumitnya dinamika keluarga di Indonesia. Dimana ketika terjadi konflik internal akan mengakibatkan beban tambahan bagi sang anak karena dampak emosional orang tuanya. Untuk mencegah tersebut sosok ibu dalam keluarga kecil harus dapat meredakan emosi agar buah hati tidak merasakan dampak kurang baik atas konflik yang terjadi.
Satri pada film juga disorot akan sulitnya membuat keputusan yang tepat dalam situasi yang sulit. Apalagi pada saat itu harus melakukan tindakan yang melanggar hukum hanya untuk menyelamatkan suaminya.
 Satri pada saat itu dilema moral yang sangat kuat antara memiliki tanggung jawab untuk keluarga dengan prinsip pribadi. Dalam proses pengambil keputusan yang rumit tersebut menjadi contoh nyata atas kompleksitas peran ibu dalam menghadapi berbagai pilihan sulit. Selain itu juga memberikan gambaran yang kuat tentang kekuatan moral dan ketabahan hati dalam menghadapi tantangan hidup dengan harga diri tetap terjaga.Â
Dalam menghadapi berbagai kesulitan kehidupan yang berat tetapi Satri mendapatkan dukungan dari tetangga pada film tersebut. Dukungan sosial yang diterima menjadi penekangan atas pentingnya solidaritas dan kebersamaan dalam masyarakat. Terkadang para ibu-ibu yang saling membantu mengatasi dalam tantangan hidup akan saling menguatkan.Â