Saat sedang membahas mengenai sebuah hal tentang yang berkaitan dengan kereta api Indonesia tidak hanya didominasi membahas mengenai kendaraan bergerigi yang membawa penumpang atau kargo dari satu tempat ke tempat lainnya. Dibalik lancarnya kereta api Indonesia bergerak tersebut terdapat infrastuktur yang selalu mendukung akan pergerakan kereta api berlangsung berupa landasan kereta api. Bisa dikatakan bahwa infrastuktur ini juga sering disebut dengan jantungnya dari sistem perkeretaapian. Sehingga dapat dikatakan bahwa ketika tidak ada infrastruktur berupa landasan tersebut sistem kereta api tidak dapat digunakan untuk mengangkut masyarakat dan barang ke suatu tempat.
Untuk dapat mendirikan sebuah landasan kereta api haruslah memadukan berbagai macam seperti teknologi dan keahlian manusia. Sehingga landasan kereta api yang didirikan tidak hanya nyaman tetapi kuat dan tahan lama ketika digunakan. Sehingga disini saat membicarakan landasan kereta tidak hanya membahas mengenai tentang rel besi saja tetapi juga membiacarakan mengenai perencanaan yang cermat, pembangunan yang presisi, dan pemeliharaan yang terus-menerus guna menjamin kelancaran perjalanan dan keselamatan semua penumpang dan kargo. Salah satu perancang dari landasan kereta api bernama Arvilla Delitriana.
Arvilla Delitriana atau biasa dipanggil secara akrab dengan nama Dina. Dilihat dari pendidikan Dina merupakan lulusan dari Teknik Sipil Institut Teknologi Bandung (ITB) tahun 1989. Setelah menyelesaikan pendidikan tersebut ia kemudian melanjutkan pendidikan di S2 di ITB dengan mengambil jurusan Geoteknik. Barulah setelah lulus hampir 20 tahun Dina melakukan kontribusinya terhadap berbagai pembuatan jembatan yang ada di Indonesia. Ada banyak sekali jembatan hasil desain yang dibaut seperti Kali Kuto di Semarang, Jembatan Layang Busway ruas Adam Malik, Jembatan Kereta Api Cirebon, Jembatan Perawang, dan Jembatan Pedamaran 1 dan 2 di Riau.
Tidak hanya soal merancang akan jembatan saja tetapi kini kontribusi yang dilakukan oleh Dina sudah mulai ke jembatan lengkung proyek LRT Jabodebek. Jembatan lengkung tersebut membentang dengan panjang 148 meter yang radius lengkungnya 115 meter. Jembatan lengkung tersebut dibangun di atas flyover Tol Dalam Kota di ruas Kuningan, Jakarta Selatan. Material yang digunakan untuk membangun jembatan lengkung (longspan) LRT menggunakan material beton. Material beton yang digunakan seberat 9.688,8 ton yang jika dibandingkan akan serta dengan patung Garuda Wisnu Kencana di Bali. Sedangkan untuk besi yang digunakan lima kali dari berat pesawat Airbus A-380 yaitu 2.929,7 ton.
Bagian dari longspan merupakan bagian yang sangat sulit untuk dilakukan pembangunan pada proyek konstruksi LRT. Bahkan tipe beton yang digunakan terdiri dari balok penopang utama yang berbentuk kotak berongga. Tidak hanya itu box girder yang digunakan juga terdiri dari berbagai macam material seperti beton beton pratekan, struktural, atau komposit baja dan beton bertulang. Proyek dari longspan yang dikerjakan menggunakan salah satu metode yang dikenal dengan nama motede balanced cantilever. Dapat diartikan bahwa metode cantilever merupakan metode yang memanfaatkan efek cantilever yang seimbang sehingga struktur dapat berdiri akan dapat  endukung beban berat sendiri tanpa penyangga sementara (falsework).
Pastinya selama proses pembangunan tersebut akan ada banyak sekali berbagai macam masalah. Salah satunya banyak pihak yang meragukan rancangan yang dibuat khususnya pada longspan yang dirancang oleh Dina. Tetapi seiring berjalannya waktu berbagai macam masalah terselesaikan dengan baik. Bahkan kini dapat dilihat secara mandiri melalui mata telanjang bangunan proyek longspan LRT mampu dibangun dan berdiri sangat kokoh. Atas pembangunan konstruksi longspan LRT tersebut membawa sebuah prestasi yang membanggakan berupa dua rekor MURI. Dimana rekotr tersebut dengan kategori jembatan kereta box beton lengkung dengan bentang terpanjang dan jembatan dengan pembebanan axial static loading test terbesar.
Selain prestasi tersebut juga mengikis akan sebuah pandangan yang ada dimasyarakat. Seperti yang ketahui bahwa pekerjaan bidang konstruksi biasanya pekerjaan yang dilakukan oleh laki-laki. Sehingga jika ada anak perempuan yang terlibat pada pekerjaan bidang konstruksi akan mendapatkan pandangan yang kurang baik bagi masyarakat. Tetapi kini dengan prestasi yang membanggakan yang dibuat oleh Dina membuat peluang terbuka sangat lebar bagi para perempuan untuk berkontribusi kepada negara. Dimana salah satunya akan pembangunan berbagai macam infrastuktur akan landasan dari kereta api seperti LRT yang akan dibangun di berbagai macam wilayah yang ada di Indonesia demi terkoneksinya berbagai macam wilayah Indonesia. Sehingga di ujungnya membuat layanan kereta api Indonesia seperti LRT dapat membantu masyarakat dalam berkatifitas sehari-hari untuk saling bahu-membahu dalam merealisasikan visi Indonesia Emas 2045 yang selalu digaungkan oleh berbagai macam pihak. Dimana pada saat itu Indonesia akan menjadi negara maju seperti negara lain dan mampu menyelesaikan berbagai macam masalah yang ada sehingga kehidupan masyarakat menjadi lebih baik lagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H