Di Indonesia ada banyak sekali hal menarik yang dapat dijadikan sebuah pembahasan dengan orang lain. Dimana salah satu hal tersebut yaitu akan perkembangan film musikal yang menarik untuk dibahas. Meskipun perkembangan film musikal sangat kalah jauh dengan film horor tetapi masih mendapatkan panggung di hati masyarakat. Hal tersebut dapat dilihat dari produksi film musikal Indonesia yang mulai mengalami perubahan. Perubahan yang terjadi tidak hanya dari sisi jumlah produksi tetapi juga dalam kualitas.
Dimulai awal tahun 2000-an film musikan Indonesia masih sangat jarang di produksi. Tetapi ada satu film musikan yang berhasil menarik perhatian masyarakat. Nama dari film tersebut yaitu Ada Apa Dengan Cinta? Yang dirilis tahun 2002. Walaupun mendapatkan perhatian yang sangat besar dari masyarakat tetapi setelah itu film musikal tidak terlalu mengalami perkembangan yang signifikan.
Tetapi setelah memasuki tahun 2010-an film dengan genre musikan mulai mengalami peningkatan. Hal tersebut dimulai dengan munculnya film musikan yang sukses secara pasar seperti Laskar Pelangi, Jomblo, dan The East. Kemudian ketika memasuki tahun 2018 kembali lagi produksi film musikan muncul dengan judul Marlina Si Pembunuh dalam Empat Babak. Dengan film yang muncul di tahun 2018 tersebut nyatanya telah mencuri perhatian masyarakat internasional. Sehingga film tersebut menjadi film Indonesia pertama yang berhasil ditayangkan di Festival Film Cannes.
Setelah itu di tahun berikutnya ada banyak sekali film musikan yang dihasilkan. Bahkan di beberapa kali film yang dihasilkan memiliki variasi yang sangat menarik untuk ditonton. Beberapa film musikan tersebut cukup sukses saat sedang dipasarkan kepada masyarakat dengan nama judul Milik, Habibie & Ainun 3, Toko Barang Mantan, dan Dari Jendela SMP. Walaupun cukup sukses menarik perhatian masyarakat dengan film musikal tetapi jika dilihat secara lengkap terhadap film lainnya masih tertinggal cukup jauh. Dimana yang menjadi tentangan akan film genre film seperti cinta sampai horor yang masih mendominasi film lokal. Ada beberapa alasan mengapa film musikan Indonesia masih tertinggal jauh dibandingkan film lainnya salah satunya yaitu:
Pertama tidak populer di kalangan para penonton. Secara mayoritas penonton Indonesia lebih memilih untuk film drama, horor, sampai komedi. Kondisi tersebut membuat produksi film musikal memiliki keuntungan yang rendah. Kedua tidak adanya dana produksi karena sudah habis digunakan untuk produksi film pertama yang tidak menghasilkan keuntungan. Seperti yang diketahui membuat film musikal ada banyak yang terlibat seperti pemain musik sampai penari yang membutuhkan kostum yang beragam. Dengan rendahnya keuntungan berbanding terbalik dengan biaya produksi yang dibuuthkan sehingga membuat investor enggan untuk mengeluarkan dananya.
Ketiga kurangnya para talenta musikan yang memadai. Kurangnya pasar membuat sulit sekali menemukan para talenta musikal yang berkualitas dan memiliki jam terbang yang tinggi. Jika pun ada pastinya membutuhkan bayaran yang sangat mahal. Jika seseorang tersebut dilibatkan maka akan memberikan dampak yang besar terhadap biaya produksi yang dihasilkan. Keempat yaitu persaingan dari film musikal luar negeri yang sangat ketat. Ya, harus diakui pihak luar dalam hal ini dari Hollywood merupakan penghasil film musikal yang dapat menarik perhatian masyarakat Indonesia. Film berjudul La La Land dan The Greatest Showman yang sangat sukses besar di penonton Indonesia. Atas keempat faktor tersebut membuat film musikal lokal sangat sulit untuk bersaing dengan film asing yang membanjiri para penonton Indonesia.
Walaupun demikian jika harus memberikan pendapat atas kondisi film musikal Indonesia maka harusnya dipertahankan dan terus dikembangkan. Kondisi yang belum populer di masyarakat menjadi sebuah tantangan besar yang harus dapat dilewati. Jika sudah berhasil pastinya akan menjadi sebuah genre baru yang menarik perhatian masyarakat untuk di tonton. Apalagi film musikal merupakan film yang memiliki ciri khas yang sangat unik. Dimana ciri khas tersebut dapat membedakan antara film yang lainnya. Ciri khas tersebut dapat dilihat dari penggunaan musik dan tari dalam menyampaikan cerita sampai perasaan karakter. Disitulah film tersebut dapat memasukan akan keanekaragaman budaya dan musik khas Indonesia. Sehingga ketika para penonton melihat film tersebut maka dapat mempromosikan budaya Indonesia yang banyak tersebut.
Atas solusi tersebut pastinya dibutuhkan sebuah kerja sama secara mutualisme antara pihak pemerintah dalam hal ini bagian ekonomi kreatif dengan pihak produksi film musikal. Dimana dua pihak tersebut memiliki peran yang sangat penting. Peran dari pemerintah yaitu menyediakan dana dan mengkonsepkan akan budaya yang mau dimasukan dalam film. Sedangkan peran dari pihak produksi film yaitu menghasilkan film dengan ketentuan dari pemerintah. Film yang dihasilkan tentunya harus dapat diterima secara pasar agar banyak penontonnya. Sehingga diakhirnya ketika sudah dipasarkan pihak pemerintah dan pihak produksi film selain memberikan manfaat juga mendapatkan hasil keuntungan dari produksi film yang ditayangkan.
Adanya skema yang telah dipaparkan diatas ada sebuah harapan kecil tetapi cerah. Dimana harapan tersebut yaitu akan meningkatnya kualitas produksi dan munculnya talenta musikal yang muda serta berbakat untuk menunjang produksi film musikal. Apalagi film musikal yang diproduksi menjadi sebuah wadah dalam mengenalkan budaya Indonesia kepada masyarakat dunia. Dengan sudah mengenal pastinya banyak wisatawan internasional yang datang untuk melihat secara langsung akan budaya khas Indonesia tersebut. Akibat dampak tersebut harapannya menjadi sebuah menjadi bahan bakar untuk merubah film musikal menjadi film yang menarik untuk ditonton.
Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Terima kasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H