Mohon tunggu...
untung s
untung s Mohon Tunggu... profesional -

Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa, bekerja di RS Al Islam Bandung, soekarno-hatta 644,

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Bipolar, Emosi Kalbu nan Berayun-ayun

14 September 2014   04:14 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:45 287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bipolar, kata yang cukup populer pada akhir-akhir ini. Hal ini berkaitan dengan artis Robin William dan Marshanda yang diduga menyandang gangguan afektif bipolar. Namun kondisi yang tragis dan tidak menyenangkan. Robin William melakukan bunuh diri. Marshanda mengalami konflik dengan keluarganya dan dalam proses perceraian. Fakta bahwa kedua artis yang tampak normal namun ternyata menyandang gangguan afektif bipolar telah memicu kekhawatiran, baik pada orang yang normal maupun penyandang bipolar. Pertanyaan-pertanyaan yang timbul seperti : apakah saya bipolar? Apakah teman-teman masih mau berteman dengan saya? Apakah perbedaan emosi normal dengan Bipolar? Bagaimana timbulnya bipolar? Bisakah pulih dan dapat beraktifitas kembali?

Gangguan afektif bipolar (selanjutnya disebut bipolar) adalah salah satu bentuk gangguan emosi. Pada penyandang bipolar, Emosinya sering berubah-ubah dari senang, semangat, gembira berubah menjadi tidak bersemangat, sedih, merasa putus asa, kesal, marah, cemas atau takut. Perubahan-perubahan ini tidak dimengerti oleh penyandang karena tidak sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada serta tidak dapat dikendalikan apalagi dihentikan oleh penyandang. Perubahan emosi tersebut tidak dapat diduga oleh penyandang sendiri serta tidak memiliki pola-pola yang pasti. Emosi-emosi tersebut yang timbul tidak sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada, reaksi yang berlebihan atau bahkan bertolak-belakang tersebut berdampak ada aktifitas kesehariannya, dapat menimbulkan gangguan pada kehidupan pribadi, fungsi pekerjaannya atau bahkan mengganggu orang lain.

Penyandang Bipolar sering kali tidak menyadari bahwa emosinya merupakan bagian dari gejala bipolar, demikian juga orang-orang di sekitarnya. Penyandang bipolar adalah orang yang menyenangkan, karena ketika emosi senangnya aktif ia akan menjadi orang yang sangat pemurah. Dan walau sering marah namun emosi marahnya dapat segera hilang.

Pada orang yang normal bukan penyandang bipolar, emosi yang timbul merupakan respon terhadap situasi dan kondisi yang ada pada saat itu. Seseorang merasa semangat ketika akan mendapat sesuatu yang berarti dan menjadi gembira ketika hal tersebut menjadi kenyataan. Pada keadaam lain seseorang menjadi merasa takut ketika mendapat ancaman akan kehilangan sesuatu yang berarti dan menjadi sedih ketika kehilangan itu terjadi serta perasaan marah kepada seseorang yang menyebabkan kehilangan tersebut.

Emosi manusia diatur oleh otak, area yang berfungsi mengatur yang disebut dengan sistim limbik. Masing-masing emosi diatur oleh area tersendiri, terdapat area yang mengatur emosi senang yaitu : Nucleus accumbens. Area 25 yang mengatur emosi sedih dan amygdala yang mengatur emosi takut/cemas dan emosi marah.

Secara umum, otak manusia mempunyai 2 (dua) mekanisme, yaitu : mekanisme stimulasi, mengaktifkan dan meningkatkan aktifitas suatu area otak dan mekanisme penghambatan, mengurangi bahkan menghentikan aktifitas suatu area otak.

Seperti halnya bagian-bagian otak yang lain, sistim limbik ini merupakan suatu sistim yang saling berkaitan dengan bagian-bagian lain di otak. Saling keterkaitan ini mulai terbentuk dan terus berkembang sejak bayi hingga sepanjang usia. Perkembangan sel-sel otak dipengaruhi faktor biologis, seperti: keturunan, nutrisi, infeksi. Faktor psikologis, seperti kehilangan sesuatu yang berarti dan cara menghadapi kehilangan tersebut; serta faktor sosial: dukungan sosial.

Pada masa anak-remaja, penyandang bipolar pernah mengalami kehilangan sesuatu yang sangat berarti yang bertubi-tubi. Kehilangan dapat berupa kehilangan seseorang, suatu sosok atau peran, sesuatu barang, kehilangan harapan, cita-cita, kehilangan suasana, dll. Kehilangan-kehilangan tersebut mengaktifkan area emosi sedih di otak. Perasaan sedih merupakan hal tidak nyaman, karenanya area emosi sedih itu dihambat (analoginya direm). Pada sisi lain, pada seorang bipolar adalah sorang yang penggembira, selain menekan area emosi sedih ia juga mengaktifkan area emosi senang agar senang dan menyenagkan orang lain. Penghambatan area emosi sedih dan pengaktifan area emosi gembira yang terus menerus dan lama mengakibatkan gangguan pada fungsi penghambatan pada kedua area emosi tersebut.

Oleh karena itu, ketika penyandang bipolar tampak bergembira, memberi sesuatu, belanja dsb bisa jadi bukan karena keadaan hidupnya memang sedang menyenangkan namun semua hal tersebut akibat aktifasi daerah emosi senang yang tidak dapat dikendalikan olehnya. Sebaliknya ketika penyandang bipolar sedih dan berkeluh kesah dengan kehidupannya yang jauh lebih baik dibanding orang lain, bisa jadi hal tersebut bukan karena keimannya sedang turun sehingga tidak mensyukuri rizki yang dimilikinya namun hal tersebut karena daerah emosi sedih sedang aktif yang tidak dikendalikannya. Penyandang bipolar menyadari sepenuhnya bahwa emosi-emosi tersebut tidak baik namun mereka tidak mampu mengendalikannya.

Pada sisi lain, emosi sedih merupakan sesuatu yang tidak nyaman sehingga mereka berusaha untuk mengatasinya karenanya mereka sangat rentan menjadi pengguna psikotropika, seperti ekstasi. Oleh karena itu, para penyalahgunaan narkotika, alkohol dan psikotropika patut diduga menyandang bipolar.

Penelitian-penelitian mutakhir telah menemukan zat-zat yang dapat memperbaiki sistim pengendalian sel-sel otak (kita sebut saja “vitamin otak”) dengan tingkat keberhasilan yang cukup tinggi serta efek samping yang cukup rendah. Pada umumnya, manfaat “vitamin otak” baru bisa tampak setelah 3 – 14 hari. Pada masa awal konsumsi “vitamin otak” kadang terdapat efek yang tidak menyenangkan, namun hal tersebut dapat diantisipasi dan akan hilang setelah waktu berlalu.

Pada bipolar, gangguan terjadi karena terdapatnya gangguan proses perkembangan sel-sel otak, oleh karena itu, pada umumnya para penyandang bipolar membutuhkan vitamin otak untuk waktu yang cukup lama bahkan mungkin sepanjang usianya. Selama mengkonsumsi “vitamin otak” tersebut, penyandang bipolar dapat melakukan aktifitas kehidupannya seperti orang biasa dan apapun profesinya.

Tidak jarang penyandang bipolar merasa terbebani dengan “vitamin otak” sehingga berupaya untuk menghentikan mengkonsumsi “vitamin otak”. Penghentian ini, sering kali tidak serta-merta menimbulkan gangguan, gangguan baru akan muncul sekitar 2 – 3 bulan setelah penghentian “vitamin otak” tersebut.

Penyandang bipolar membutuhkan dukungan-dukungan lingkungan yang dapat memahami “keunikannya” serta mendukungnya untuk tetap mengkonsumsi “vitamin otak”. Gangguan bipolar bukanlah suatu penyakit, namun suatu perkembangan sel-sel otak yang “unik” yang merupakan respon dari perjalanan kehidupan seorang anak manusia.

Untung Sentosa, dr. SpKJ. MKes. FIAS

RS Al Islam Bandung

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun