Jalan tiga dekade Timor Leste pisah dari Indonesia yaitu sejak tahun 1999, kami masyarakat Indonesia yang berada persis di wilayah perbatasan Republik Indonesia (RI) dan Republic Democratic Timor Leste (RI-RDTL), khususnya di Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur tidak lagi sering melihat beredarnya uang Dollar Amerika, hal mana berbeda dengan saat Timor Leste baru merdeka dulu dari Indonesia.Â
Mugkin sebagian kecil orang masih menyimpan satu atau dua lembar mata uang dari Timor Leste itu di dalam dompet mereka. Tetapi ini tentu saja bukan digunakan sebagai alat pembayaran, melainkan semata-mata hanya untuk cenderamata.Â
Ya, terkadang ada saudara kami dari Timor Leste datang berkunjung ke Indonesia, kemudian mata uang mereka sengaja kami minta sebagai oleh-oleh dari mereka. Rasanya cukup keren saja kalau membuka dompet saat ingin berbelanja, lalu terlihat satu atau dua lembar uang kertas Dollar Amerika terselip di antara Rupiah.
Tapi sekali lagi, kami tidak menggunakan Dollar untuk belanja. Lah toko atau warung mana yang menerima pembayaran dengan uang Dollar Amerika? Tidak ada.Â
Di dalam kota Atambua, ibu kota kabupaten, cukup sulit juga untuk menemukan tempat penukaran mata uang asing (money changer). Memang ada satu atau dua tempat money changer. Tapi itu pun terlihat sepi setiap harinya. Selebihnya jika ingin menukar uang dari rupiah ke dollar atau sebaliknya dari dollar ke rupiah, ya pergi saja ke Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Motaain.
Â
Sedikit Menengok ke Belakang
Tahun-tahun awal pasca Timor Leste pisah dari Indonesia, mata uang Dollar Amerika yang digunakan oleh Timor Leste sebagai mata uangnya memang cukup ramai beredar di wilayah perbatasan. Dan jika berbicara tentang dollar, ya boleh dikatakan mata uang ini cukup menggiurkan pada saat itu.Â
Apalagi kurs dollar Amerika saat itu berkisar Rp 9.000 sampai Rp 10.000, dan hal itu seakan membuat kami tersentak. Kok Uang Rupiah bisa-bisanya begitu kecil yah dibandingkan dengan dollar?
Tahun-tahun awal setelahnya, sebagian kecil warga asli Indonesia maupun pengungsi dari Timor Leste yang memilih tinggal di Indonesia terjebak dalam lingkaran  para pemburu dollar. Cerita pun beredar dari mulut ke mulut bahwa orang yang menjual sembako, bahan bakar dan kendaraaan kepada warga Timor Leste di seberang lama-lama bisa jadi kaya-raya. Tentu saja bayarannya adalah dengan mata uang Dollar Amerika.
Maka tak heran, ada yang tak lama setelah menekuni pekerjaan "penyelundup" tiba-tiba saja terlihat sudah bisa membeli kendaraan roda empat dan membangun rumah besar. Tetapi itu semua butuh kenekatan dan keahlian menyelundup barang lewat "jalan tikus". Sekali kena tangkap, tetap ada sanksi tegas yang harus dijalaninnya termasuk masuk mendekam di dalam tahanan.