Adakah yang lebih mempesona dari pengalaman menyaksikan 1500 penari bergerak dan meliuk-liuk di atas bukit lalu terlihat seperti konvigurasi para penari itu sedang menari di atas awan?
Ini bukan cerita dongeng tapi sebuah pesta adat. Diselenggerakan per tahun di atas bukit dengan padang savana yang maha luas. Di musim kemarau, rerumputan di bukit ini memang menguning karena panas. Tapi jika musim hujan tiba, Bukit Fulan fehan, yang berada di kaki gunung Lakaan, Belu, Nusa Tenggara Timur menyajikan surga nan hijau.Â
Jika anda berkunjung ke lokasi ini saat musim hijau, pemandangan alam semakin mempesona dengan adanya kawanan sapi berkeliaran memakan rumput, kemudian memuaskan dahaga di sebuah kolam.Â
Keindahan alam yang ditutur dari mulut ke mulut, dari stalking di media sosial, akhirnya membawa kami terbang dari Jakarta ke Padang Savana Fulan Fehan. Tepatnya tanggal 28 Oktober 2019, bertepatan dengan perayaan Festival Fulan Fehan 2019 digelar.Â
Perjalanan dari Kota Atambua, Ibukota Kabupaten Belu, menuju Padang Fulan Fehan hanya memakan waktu sekitar 30 menit. Untuk pengunjung baru, medan perjalanan mungkin akan memberi kesan ekstrim karena lumayan banyak tanjakan tajam. Tapi, percayalah, setelah tiba di padang yang maha luas, anda akan merasakan kebahagiaan yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata.Â
Semilir angin yang berhembus, deretan pohon kaktus yang terlihat sepanjang jalan, pemandangan gunung Lakaan, dan gumpalan awan putih di atas langit, semuanya membuat anda merasakan seperti sedang di atas awan.Â
Ada pun 1500 penari yang tampil menari menjadi perayaan yang mengagumkan. Para penari likurai, dengan kain tenun yang membalut tubuh mereka, menari dengan membawa tihar atau gendang (untuk para penari wanita), dan tombak untuk para penari laki-laki.Â
Hanya satu kata: amazing. I'll come back next year.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H