Mohon tunggu...
Serafim Autumn
Serafim Autumn Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

A student who tries her best to reach her dreams and fullest potential

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Toxic Beauty Standards di Indonesia

16 Juni 2022   20:50 Diperbarui: 16 Juni 2022   21:02 4102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Penampilan merupakan salah satu hal yang sangat penting bagi setiap orang di seluruh dunia. Kecantikan juga termasuk kepada penampilan yang akan mempengaruhi perlakuan orang terhadap kita yang mana apabila seseorang dianggap cantik maka ia akan lebih mendapatkan privilege atau atensi dari orang-orang di sekitarnya dibanding orang yang dianggap kurang cantik.

Namun di Indonesia terdapat standar tertentu yang secara umum bisa dibilang toxic karena mengarah ke diskriminasi bahkan rasisme terhadap kaum tertentu. Adapun 5 hal standar kecantikan ideal yang dibentuk di masyarakat Indonesia yaitu memiliki kulit yang putih, kulit yang bersih, hidung mancung, rambut lurus, serta tubuh tinggi dan langsing.

Yang pertama yaitu memiliki kulit putih. Seseorang akan dianggap cantik apabila memiliki kulit putih, padahal di Indonesia terdapat berbagai latar belakang suku yang memiliki kulit yang sangat bervariasi, termasuk pada umumnya warna kulit yang sawo matang atau gelap. Standar kecantikan memiliki kulit putih ini menghasilkan dampak yang negatif seperti mendorong seseorang untuk menghabiskan uangnya untuk membeli produk-produk whitening tanpa memahami efek samping dari bahan dan zat kimia yang terkandung dalam produk tersebut.

Kedua, memiliki kulit yang bersih yang mana tidak memiliki bekas luka ataupun bekas jerawat. Pada dasarnya bekas luka-luka dan jerawat merupakan hal yang wajar dan pastinya dimiliki oleh setiap orang, namun akan menjadi sesuatu yang tidak normal dan dipandang buruk dan mengganggu di kalangan masyarakat Indonesia. Sama dengan standar kecantikan mengenai warna kulit, seseorang dapat terobsesi untuk menghilangkan bekas luka atau jerawatnya menggunakan produk-produk skincare tanpa memperhatikan efek sampik dari produk yang mereka gunakan.

Selanjutnya adalah memiliki hidung yang mancung. Hidung yang mancung akan identik dengan wanita yang cantik dan menawan. Standar kecantikan ini besar kemungkinannya terbawa dari influence media sosial dimana banyak sekali artis luar negeri, khususnya western society, yang secara alami memiliki hidung yang mancung. Hal ini memicu masyarakat Indonesia untuk memiliki facial features tersebut, meskipun pada faktanya orang Asia umumnya memiliki facial features yang berbeda.

Selanjutnya memiliki rambut yang lurus dan panjang yang dianggap identik dengan wanita Indonesia asli. Seringkali kaum perempuan yang memiliki rambut yang bergelombang, ikal, atau keriting  tidak dianggap memenuhi standar kecantikan karena dianggap bahwa rambut mereka 'berantakan', meskipun rambut mereka sesungguhnya normal dan alami. Standar kecantikan memiliki rambut lurus ini memiliki dampak negatif yaitu mendorong kaum wanita untuk melakukan perawatan seperti smoothing, akan tetapi mengabaikan efek jangka panjang dari perawatan tersebut.

Dan yang terakhir yaitu memiliki badan yang langsing dan tinggi. Seseorang yang pendek serta gemuk akan dianggap tidak cantik di Indonesia dan kerap mendapatkan hujatan. Dengan adanya standar kecantikan ini, banyak orang yang menjalani gaya hidup atau diet yang tidak sehat untuk mencapai berat badan yang ringan dan tubuh yang langsing. Hal ini juga dapat menimbulkan gangguan mental atau mental disorder seperti Eating Disorders, salah satunya seperti Anorexia Nervosa, sebuah gangguan mental yang membuat seseorang terobsesi dengan berat badan dan makanan yang mereka konsumsi, diikuti dengan ketakutan akan berat badan yang tinggi atau obesitas.

Beberapa aspek tersebut menunjukkan seberapa toksiknya standar kecantikan perempuan di Indonesia, yang mengarah kepada diskriminasi dan bahkan rasisme terhadap kaum yang mungkin tidak memenuhi standar kecantikan tersebut. Padahal setiap orang memiliki perbedaan dan keunikan masing-masing yang membuatnya cantik apa adanya. Perlu kesadaran terkait aspek dan standar kecantikan di Indonesia yang hanya merupakan sebuah social construct dan tidak perlu blood, sweat and tears untuk mencapainya, dan bahwa setiap orang seharusnya diperlakukan sama sejalan dengan Hak Asasi Manusia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun