Mohon tunggu...
septyonaka triwahyudi
septyonaka triwahyudi Mohon Tunggu... -

Mahasiswa atmajaya yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Pers Indonesia belum terapkan jurnalisme keberagaman

28 April 2017   15:08 Diperbarui: 28 April 2017   15:31 275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia diberikan keberagaman dalam berbagai hal. Mulai dari agama, ras, suku dan bahasa. Keberagaman harus dirawat dan dijaga. Tugas itu menjadi tanggung jawab bersama, termasuk pers, sebagai salah satu pilar demokrasi. Sebagai negara yang beragam penting sekali untuk menginstitusionalkan keberagaman, agar Indonesia tidak menjadi negara yang gagal.

Sebagai jurnalis kita harus tau pentingnya bagaimana menjaga keberagaman agar tidak terjadi perpecahan secara vertikal dalam demokrasi di Indonesia sendiri. Namun para jurnalis Indonesia masih takut akan memberitakan hal yang berbau SARA.

Seperti yang dikatakan Usman Kasong dalam acara bedah buku “jurnalisme Keberagaman” yang dilaksanakan di Universitas Atma Jaya Yogyakarta (jumat, 24/3). “Pers Indonesia masih takut akan mengangkat berita yang terkait dengan SARA karena takut tersandung undang-undang terkait SARA” ujar Usman Kansong.

Independensi wartawan sangat mutlak jika kita membicarakan hal terkait jurnalisme keberagaman. “Jurnalisme sebagai profesi harus taat pada fakta dan memiliki nyali untuk melakukan verifikasi” lanjut Usman saat ditanya terkait bagaimana keadaan wartawan Indonesia.

Menurut Usman Kansong media saat ini terlalu berkiblat kepada media sosial atau internet. Para wartawan terlalu malas untuk melakukan verifikasi ulang akan informasi yang didapatkan, sehingga berita yang dihasilkan pun terkadang masih menyesatkan. Berita pun menjadi lebih condong memojokan satu pihak.

Media di jogja masih sering kali membuat pemberitaan yang menyerang salah satu institusi, atau mengiring opini yang merugikan” jawab Usman.

Usman Kansong berharap dengan diterbitkannya buku “jurnalisme Keberagaman Untuk Konsolidasi Demokrasi” ini para wartawan dapat belajar mengenai memberitakan hal hal yang berbau SARA, dan membuat publik tidak tergiring menuju sesuatu yang merugikan salah satu golongan atau institusi tertentu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun