Mohon tunggu...
Sarah Dwi Septyani
Sarah Dwi Septyani Mohon Tunggu... -

Hire people to build your dream or people will hire you to build their dream!

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Yang Tersisa

4 Juli 2014   16:02 Diperbarui: 18 Juni 2015   07:31 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku terpekur disini, menatap tajam ke arah rumah hitam itu. "Kenapa jadi begini?", gumamku dalam hati. Cairan hangat dari mataku menyusup deras tanpa diundang. Aku baru saja berlari puluhan kilometer, menembus hutan rimba yang banyak singa dan serigala, penuh peluh. Agar dapat berdiri di tempat ini. Tapi semuanya tak bisa kuselamatkan satu pun. Rumah itu menghitam, terbakar tanpa sisa. Diujung hutan ini hanya ada satu yang tersisa, dokumen pembakaran lahan secara paksa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun