Mohon tunggu...
Septyan Hadinata
Septyan Hadinata Mohon Tunggu... buruh

Ikhlas bersama sabar dalam mengembara di dunia

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Belajar Benar dari 'Salahnya' Kelatahan Gus Miftah

4 Desember 2024   11:33 Diperbarui: 4 Desember 2024   11:50 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Setiap perkara pasti ada hikmahnya, sebuah ungkapan bijak agar manusia selamat tidak terjebak dalam sebuah masalah.  Dari perkara tidak baik, kita bisa tahu yang baik. Dari kesalahan kita bisa tahu kebenaran. Itulah cara Tuhan dalam mengajarkan hakekat hidup kepada Umat-Nya.  Itulah makna Hikmah yang sebenarnya. Hikmah adalah cahaya kebenaran  yang akan menerangi jalannya kehidupan manusia. 

Dan kini kita oleh Tuhan sedang diajarkan sekaligus di ingatkan lagi akan pentingnya menyikapi sebuah masalah agar bisa mengambil hikmahnya dari ramainya orang membicarakan Gus Miftah yang menjadi trending topik di media sosial gara-gara lontaran kotornya kepada seorang tukang Es Teh. 

Dan penulis tidak ingin masuk melibatkan diri kedalam pergunjingan etika sang Kyai pejabat tersebut. Tapi menulis mencoba untuk belajar mengambil hikmah dibalik pergunjingan itu.

Dengan mengutip  perkataan Imam Ali bin Abi Thalib R.A.  " Barangsiapa melihat pelajaran dalam musibah maka ia telah mendapatkan hikmah.", 

Lalu hikmah apa yang bisa kita ambil dari kelatahan yang salah seorang  Kyai Miftah Maulana Habiburrahman, atau yang dikenal dengan nama Gus Miftah yang kini menjabat sebagai Utusan Khusus Presiden Bidang Kerukunan Beragama dan Pembinaan Sarana Keagamaan ?  Kita   tersadarkan bahwa kehormatan diri seseorang tidak hanya ada dalam perilaku sosialnya saja tetapi dari ucapannya juga. 

Banyak yang selamat karena ucapannya, dan banyak pula yang tersesat dalam laknat oleh ucapannya. 

Seorang ulama besar Imam As-Syafi'I mengatakan salah satu ciri kecerdasan seseorang adalah menjaga ucapannya dari hal-hal yang tidak berarti. Jadi kita tidak perlu berlebihan atau reaktif dalam menyikapi persoalan Gus Miftah tersebut. Apalagi ikut-ikutan latah berbuat salah dengan melontarkan ucapan kotor penuh kemarahan dan kebencian terhadapnya. 

Memang kita kecawa dengan apa yang dilontarkan oleh Gus Miftah kepada Tukang Es Teh itu. Walaupun dibarengi dengan candaan, tetapi sebagai seorang Kyai dan Pejabat tidak pantas melontarkan kata-kata kotor apalagi itu dalam pengajian. Tetapi bukan berarti karena kita tidak setuju atau kecewa kepada seseorang menjadikan kita sebagai pembenci atau bermusuhan. 

Kita kecewa bukan berarti kita harus mencela orangnya. Karena sama saja kita menjadi tercela pula. 

Sekali lagi Tuhan telah membawa sebuah Hikmah buat kita dari salahnya kelatahan seorang Gus Miftah. Maka jangan sampai kita kehilangan Hikmah tersebut dengan ikut latah berbuat salah melontarkan kata-kata kotor sebagai bentuk ketidaksetujuan kita kepada Gus Miftah yang dianggap merendahkan martabat Tukang Es Teh.

 Untuk itu mari kita raih hikmah itu dengan cara kita lebih menyadarkan diri kita akan pentingnya menjaga ucapan kita dengan kebenaran. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun