Momentum Hari Santri tahun 2024 yang mengusung Thema  "Menyambung Juang Merengkuh Masa Depan" harus menjadi semangat kebangkitan Santri sebagai Pigur sekaligus Pigura Bangsa dalam meneruskan semangat juang para Ulama terdahulu dalam memperjuangkan kemerdekaan bangsa ini.Â
Santri sebagai pemegang estafet juang Ulama harus mampu mengaktualisasikan diri dan jiwanya untuk membangun masa depan  bangsa ini lebih maju sekaligus menjadi perekat Bhineka Tunggal Ika ditengah adanya pihak-pihak yang terus ingin memecah belah bangsa ini, termasuk pihak-pihak yang selalu membawa  sentimen agama.Â
Di Hari Santri 2024 ini ada kado istimewa bagi santri , dimana beberapa santri bisa masuk dalam jajaran Kabinet Merah Putih Prabo-Gibran, baik itu Santri yang berasal dari NU maupun Santri yang berasal dari Muhammadiyah . Santri NU yakni Nusron Wahid, Menteri Agraria dan Tata Ruang/ Kepala Badan Pertanahan Nasional , Abdul Muhaimin Iskandar, Menko Pemberdayaan Masyarakat, Nasaruddin Umar , Mentri Agama,  Saifullah Yusuf  Mentri Sosial.Â
Sementara Santri Muhammadiyah yakni Abdul Mu'ti Mendikdasmen dan Raja Juli Antoni  Mentri Kehutanan.  Tidak hanya yang duduk sebagai Mentri adapula santri yang duduk sebagai Wamen maupun duduk di lembaga negara lainnya, salah satunya Ace Hasan Syadzily sebagai Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhnanas) yang pernah nyantri di pondok pesantren di Tasikmalaya.
Kehadiran para santri di lembaga - lembaga negara diatas, akan menjadi bertambahnya tantangan yang dihadapi santri kedepannya. Akankah kehadiran para santri diatas mampu menjaga nama dan harkat martabat santri dan mampu  memberikan kontribusi besar bagi kemajuan bangsa ini ?Â
Akankah mereka para santri itu mampu menjaga keutuhan semangat Resolusi Jihad yang dikumandangkan oleh Ulama Besar sekaligus Pejuangan Bangsa yakni KH Hasyim Asy'ari ?. Dimana Resolusi Jihad itu adalah berisikan semangat perjuangan ummat Islam untuk menjaga keutuhan Bangsa ini dari perbuatan Dzolim dan perpecahan.Â
Inilah yang sekarang sangat penting dimiliki oleh para santri Indonesia yakni Semangat untuk mengaktualisasikan Resolusi Jihad dalam kehidupan berbangsa dan bernegara untuk tetap utuh dan tegaknya NKRI. Dal Resolusi Jihad itu tersirat sebuah pesan moral, yakni pentingnya menjaga keutuhan Bangsa dari perpecahan dikarenakan perbedaan faham, golongan, politik maupun Agama.Â
Dan itu terbukti dalam sejaran perjuangan Bangsa ini, bagaimana melalui Resolusi Jihad 22 Oktober 1945, KH Hasyim Asy'ari mampu menumbuh semangat juangan para Ulama, santri dan rakyat Indonesia untuk bersatu dalam barisan yang sama mempertahankan kemerdekaan Indonesia dari ancaman agresi penjajah saat itu. Sehingga sekarang ini Bangsa Indonesia bisa  tetap menjadi bangsa yang Merdeka.Â
Inilah esensi penting dari Hari Santri sekarang ini, Resolusi Jihad tidak hanya menjadi sebuah Teks yang dibacakan lantang saat Upacara tetapi harus mampu diaktualisasikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara oleh para Santri Indonesia itu sendiri.Â
Dengan semangat Resolusi Jihad, para santri mampu menjadi pelopor dalam Moderasi Ber-Agama dan terjaganya keutuhan Bangsa ini dari perpecahan.Â
Selain itu santri mampu membuktikan dirinya bahwa Santri sebagai garda terdepan dalam melanjutkan perjuangan bangsa ini dan menjadi pewaris perjuangan para Ulama dulu dalam menjadikan Indonesia sebagai bangsa menjadi bangsa yang baldatun thayyibatun wa rabbun ghofur yakni sebuah negeri yang penuh kebaikan yang penduduknya mempunyai kebaikan moral dan  mempunyai kesalehan sosial.Â
Satu lagi, santri mampu menyadarkan mereka yang selalu ingin memecah belah bangsa ini dengan membawa nama agama. Dan Santri dengan semangat Resolusi Jihad mampu menjadi Perekat Bhineka Tunggal Ika.  inilah Santri sebagai  Pigur sekaligus Pigura Bangsa Indonesia.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H