Mohon tunggu...
Septyan Hadinata
Septyan Hadinata Mohon Tunggu... Lainnya - buruh

Ikhlas bersama sabar dalam mengembara di dunia

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Belajar Kerukunan Ke Warga Kalaksanan

25 Oktober 2024   04:59 Diperbarui: 25 Oktober 2024   07:55 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kalaksanan adalah sebuah nama Dusun terpencil yang berada di desa Cikawungading kecamatan Cipatujah kabupaten Tasikmalaya Jawa Barat. Mayoritas penduduknya yang berjumlah 640 jiwa itu adalah petani dan penyadap gula aren. Rata rata pendidikan warganya hanya tamatan  SD dengan  tingkat ekonominya menengah kebawah. Tetapi walaupun demikian, ada hal menarik dari kehidupan warga Kalaksanan yang patut ditiru oleh kita semua, khususnya para elit dan pemuka agama. Dari 7 RT yang ada, 2 RT diantaranya yakni sebanyak 219 warga adalah pemeluk agama Nasrani. Tetapi walaupun ada perbedaan agama, tidak tampak adanya perbedaan dalam perilaku kehidupan sosial  warga sehari hari. Kerukunan sangat nampak terlihat dalam sebuah ikatan kebersamaan. Walapun penduduk kampung  Kalaksanan berpendidikan rendah tidak membuat mereka rendah dan saling merendahkan satu sama lainnya khususnya soal perbedaan agama diatara mereka. Selama sejarah kampung itu berdiri sampai sekarang belum pernah terjadi komplik diantara mereka dalam soal perbedaan akidah. Ternyata terciptanya kerukunan diantara warga kampung Kalaksanan baik yang beragama Islam maupun Kristen, ternyata sangat sederhana yakni saling menghargai keyakinan masing masing. Bagi warga Kalaksanan soal akidah adalah soal pribadi masing masing dan merupakan kehormatan diri. Selama bisa saling menghargai dan saling menjaga kehormatan masing masing, maka selama itu pula akan tercipta kedamaian. Dan itulah yang selama ini dipegang kuat oleh warga terpencil itu. Yang menarik, disaat warga Muslim membangun Majlis Ta'lim, seluruh warga non muslin di kampung Kalaksanan turun membantu bergotong royong berbaur bersama. Sehingga tidak nampak ada perbedaan diantara mereka. Kewajiban bergotong royong bagi warga disana adalah merupakan bagian dari Ibadah dan sebagai perekat persatuan dan kesatuan warga.  Bahkan dikala ada warga Non Muslim yang masuk Islam, tidak menjadikan hancurnya kebersamaan diantara mereka, tidak menjadikan sebuah permusuhan atau hilangnya ikatan keluarga. Tetapi tetap sebagai satu kesatuan dan tetap sebagai satu saudara. Itulah pembelajaran yang didapat dari warga Kampung Kalaksanan, saat mengikuti Bhakti Sosial dengan rekan rekan alumnus Unsoed. Sebuah pembelajaraan berharga dari sebuah ikatan warga di kampung terpencil. Walaupun mereka  berpendidikan rendah, tetapi tidak membuat rendahnya diri mereka, malah telah menjadikan mereka  sebagai warga yang mempunyai nilai berharga dalam menciptakan sebuah kerukunan dan kebersamaan dalam sebuah perbedaan. Keterpencilan kampung mereka tidak menjadikan  perbedaan diantara mereka saling kucilkan. Andai saja  sikap dan sipat warga kampung Kalaksanan itu dimiliki oleh seluruh  warga bangsa  ini, Insya Alloh negeri ini akan menjadi sebuah negeri penuh kedamaian, kerukunan dan kebersamaan serta mempunyai tanggung jawab sosial yang tinggi.  Perbedaan diantara warga bansa akan menjadi sebuah rahmat dan akan terhindar dari perpecahan dan saling merendahkan satu sama lain. Mari kita belajar dari warga Kalaksanan.* septyan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun