Mohon tunggu...
Septiza Niken Pratiwi
Septiza Niken Pratiwi Mohon Tunggu... -

Make a history in your life, not just a story

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

[Jaka - Melati] Katanya sih sayang ...,

24 Oktober 2014   02:50 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:56 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ini adalah cerita dari film pendek yang saya lihat beberapa hari yang lalu, yang berjudul “Kekerasan Dalam Pacaran”.

Melati adalah seorang gadis yang berasal dari keluarga kaya raya, ia juga seorang mahasiswi dari salah satu universitas di Jakarta. Selain kuliah, ia juga bekerja disalah satu perusahaan. Hal ini ia lakukan bukan untuk mencari tambahan uang, tetapi untuk mengisi waktu luangnya. Melati selalu merasa bosan bila harus berada dirumah sendirian, karena kedua orangtuanya selalu sibuk bekerja. Akhirnya dia melakukan banyak rutinitas agar dia tidak merasa bosan dan kesepian. Sampai akhirnya ia bertemu Jaka, kakak dari temannya. Mereka pun memutuskan untuk berpacaran. Awalnya, Melati merasa senang dengan adanya Jaka disampingnya, tetapi lama kelamaan Melati mulai mengetahui sifat asli dari Jaka. Jaka seringkali marah padanya dan mengeluarkan kata-kata kasar padanya, bahkan Jaka selalu memukulinya bila permintaannya tidak dituruti oleh Melati.

Selama mereka berpacaran, Jaka juga tidak pernah mengeluarkan uang sepeserpun untuk makan, belanja, dll. Walau begitu melati tidak pernah melaporkan perlakuan jaka kepada orangtuanya, padahal selama ini Jaka sudah menyiksanya, dari menampar, memukul, menjambaknya, bahkan menyiksanya didalam kamar mandi. Adik Jaka pun yang menghetahui hal ini tidak berani melawan kakaknya. Jaka melakukan hal tersebut, karena ia meniru dari perlakuan ayahnya ke ibunya. Tapi anehnya, Jaka selalu meminta maaf setelah menyiksanya. Melati selalu berusaha untuk lepas dari jeratan Jaka, namun selalu gagal. Akhirnya ia meminta bantuan dari sahabatnya, Bimo. Bimo selalu menjadi tempat Melati menceritakan kesedihannya, dengan bantuan Bimo akhirnya Melati berhasil lepas dari jeratan Jaka. Melati sadar, meskipun dia sudah tidak bersama Jaka, Jaka tetap bisa mengetahui keberadaannya, nomer telpon barunya, dan apa yang dilakukan ia saat ini. Melati kini tidak kesepian lagi, sekarang ia dikelilingi oleh teman-temannya, dia juga melanjutkan lesnya untuk mengisi waktu luangnya agar tidak merasa kesepian.

Dari cerita diatas, saya akan menganalisanya dengan psikologi komunikasi. Berdasarkan cerita tersebut, Jaka memiliki self – esteem yang rendah. Self – esteem yang rendah melibatkan penilaian yang buruk akan pengalaman masa lalu dan pengharapan yang rendah bagi pencapaian masa depan. Pengertian dari self – esteem sendiri adalah penilaian, baik positif atau negative, individu terhadap diri sendiri. Berbanding terbalik dengan Melati yang memiliki self – esteem yang tinggi dan juga memiliki konsep diri yang positif. Konsep diri yang positif akan lahir pula perilaku yang positif.

Perlakuan Jaka yang kasar dikarenakan ia meniru ayahnya. Dalam kasus seperti ini, maka ayah Jaka disebut significant others yaitu orang-orang yang mempengaruhi perilaku, pikiran, dan perasaan kita. Perlakuan Jaka bisa disebut dengan sikap. Sikap terbentuk dari berbagai kesimpulan yang kita peroleh tentang pengalaman di masa lalu, untuk mempermudah pilihan perilaku kita nantinya. Sikap kita tentang seks,kekerasan, dll. Sikap berkembang dari pengalaman dan menuntun perilku dimasa datang.

Keputusan melati untuk meninggalkan Jaka disebut dengan artibusi. atribusi adalah proses menyimpulka motiv, maksud, dan karakteristik orang lain dengan melihat pada perilaku yang tampak. Dari segi persepsi, Melati memiliki sifat Trait (Sifat, Pembawaan). Sifat yang dimiliki seseorang bersifat cenderung stabil dan mengacu pada pribadinya. Sifat ini dapat menjelkan cara dan bagaimana seseorang berperilaku dalam situasi tertentu. Seperti yang dilakukan oleh Melati yang selalu saja menuruti apapun perintah dari Jaka.

Dari cerita tersebut, kita dapat belajar bahwa pentingnya pengambilan keputusan dan sikap. Tentunya dengan pengambilan sikap dan keputusan yang positif. Sekian analisis saya, mohon tidak meniru kekerasan yang terjadi pada film tersebut. Terimakasih ^^

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun