Mohon tunggu...
septiya
septiya Mohon Tunggu... Administrasi - jarang nulis lebih sering mengkhayal

Penggemar pisang goreng ^^

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Une Lettre pour Toi

14 Januari 2015   20:22 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:09 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14212126461635259032

"Une Lettre pour Toi"

Kolaborasi Septi & Putri Apriani

Kepada pemilik nama – yang kan mengisi hatiku kelak

Yang kan menemani hari-hariku kelak

Bolehkah aku bercerita?

Rangkaian kata ini tersusun atas huruf yang sama dengan huruf yang menyusun namamu. Yang aku belum tahu adalah terdiri dari berapa suku kata namamu, terdiri dari berapa huruf vokal dan konsonan, lalu apa pula arti namamu. Nama lengkapmu tentunya yang aku maksud. Ah, kelak aku pasti akan tanyakan itu padamu. Dalam baris-baris kalimat ini ada huruf yang menyusun kata-kata yang ingin aku sampaikan padamu. Mau kah kau tahu? Ah, tidak. Tidak saat ini, tapi aku pasti memberitahumu, jika saatnya nanti.

Rangkaian kata ini aku tuliskan sedemikian rupa. Tujuanku tidak lain dan tidak bukan supaya kau mudah memahaminya. Agar kau mengerti setiap barisnya. File ini aku simpan dan  aku beri nama “une lettre pour toi”. Walaupun setelah aku baca lagi, sepertinya itu bukan seperti surat. Malah seperti list pertanyaan yang ditulis reporter yang akan mewawancarai nara sumbernya. Ah biarlah, itu karena aku ingin tahu banyak tentangmu. Apa saja pertanyaan itu? Sengaja aku tidak tuliskan di sini, karena aku ingin tanyakan langsung kepadamu.

Suatu saat nanti kau pun akan mengerti mengapa aku begitu banyak ingin tahu tentangmu? Mengapa aku begitu antusias ketika mendengar – namamu yang belum aku tahu itu? Yang aku tahu, namamu telah tertulis di Lauhul Mahfudz, jauh sebelum kita saling mengenal, jauh sebelum kita lahir ke dunia. Hanya saja Tuhan tak memberitahuku juga memberitahumu bahwa nantinya kita akan bersama, mengarungi hidup yang menurut orang-orang tidak mudah.

Aku ingin bercerita tentang waktu dan penantian, mungkin kau akan bertanya “Apa hubungannya dengan kita?”. Dalam penantian – menantimu tentunya, aku bercengkerama erat dengan waktu. Waktu juga yang mengajarkanku untuk bersabar, untuk menghargai, untuk mensyukuri apa-apa yang aku telah miliki. Bukannya aku tidak pernah merindukanmu, bukan. Setiap malam, bahkan setiap menit rindu itu menjalar seakan mengikuti aliran darah yang mengalir ke setiap tubuhku. Mungkin bisa dibilang, hati ini telah memproduksi ratusan rindu pada setiap harinya. Rindu kepadamu, rindu yang tidak dapat aku ungkapkan secara langsung.

Kau pasti tahu apa rasanya, jika kau memendam rindu tapi kau tidak tahu kepada siapa harus kau luapkan rindumu itu. Rindu itu bahkan sudah menggunung. Membuat sesak napas. Puisi dan cerpen menjadi pelampiasanku. Entah sudah berapa banyak yang aku tuliskan ketika rasa itu selalu muncul.

Jika kau tidak berkeberatan, kau juga bisa membacanya. Puisi dan cerpen yang aku tuliskan seraya menunggumu di sini. Aku kira sampai di sini dulu surat ini. Semoga ini menjadi surat terakhir, surat akan rasa penasaranku akan sosokmu. Donc, Quand tu vas me ramasser ?

Catatan :

*Une lettre pour toi : surat untukmu

*Lauhul Mahfudz : (kitab yang terpelihara) telah ada sebelum penciptaan jagat raya. Selain itu, Lauhul Mahfuzh juga berisi informasi yang menjelaskan seluruh penciptaan dan peristiwa di alam semesta

*donc, quand tu vas me ramasser ? : lalu, kapan kau akan menjemputku?

**Ilustrasi :--> gambar <--

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun