Sosial media? Berdasarkan tulisan yang ini. Saya menyimpulkan bahwa sosial media adalah media atau perantara untuk bersosialisasi dengan orang lain secara online tanpa terbatas ruang dan waktu. Sosial media memungkinkan manusia mampu berinteraksi dan bersosialisasi dengan manusia kapan pun, dimana pun dan tidak peduli jarak antara manusia tersebut. Jenis dan macam sosial media juga banyak. Bahkan bisa dibilang banyak sekali, beberapa diantaranya facebook, twitter, G+, blog, YM, dsb.
Dilihat dari pengertian sosial media di atas, tentu para pengguna sosial dapat berbagi informasi, tukar pendapat, atau sekedar mengobrol dan berinteraksi. Akan tetapi, karena akhir-akhir ini sedang demam(mungkin lebih ke arah panas banget) pilpres jadi media sosial juga dijadikan alat untuk kampanye. Nah....di sini para simpatisan Capres dan Cawapres saling unjuk kelebihan pilihan mereka masing-masing. Celakanya tidak hanya sampai tahap itu saja. Mencari kekurangan pihak lawan yang dimaksudkan untuk menjatuhkan justru yang menjadi ramai. Karena pihak yang dijatuhkan tidak terima maka terjadilah saling balas (cuma bisa geleng-geleng). Ketika hal tersebut terus berlanjut, hasil akhirnya adalah sebuah pemblokiran akun. Lucu.
Kenapa harus di blokir? karena tidak sepaham dengan si pemblokir? Kembali ke pengertian media sosial, media untuk sosialisasi dan berinteraksi. Kalau sudah seperti itu apakah masih bisa disebut media sosial? Kejadian-kejadian tersebut seperti mencerminkan seorang yang belum bisa memahami sebuah keberagaman pendapat. Apabila seorang tidak sependapat dengan kita apakah lalu kita harus tidak mau kenal lagi dengan orang tersebut? Kalau macam itu kenapa tidak buat saja Media Privat atau media Kelompok (Group). Media itu isinya orang-orang yang sepaham dan sejalan, dan syarat untuk bisa punya akun di media itu ya harus sepaham dengan anggota yang lain.
Sungguh sangat disayangkan kejadian-kejadian adu argumenyang sudah sampai tahap gontok-gontokkan terjadi hanya karena beda pilihan Capres dan Cawapres. Ini seperti lawakan,lawakan di sosial media ketika debat Capres dan Cawapres belum juga dilaksanakan akan tetapi pendukung dari Cpres dan Cawapresnya sudah debat dari jauh-jauh hari, bahkan sebelum Deklarasi Capres dan Cawapres. Padahal tidak banyak dari mereka berasal dari kalangan yang berpendidikan tinggi. Apakah hal ini disebabkan karena orang itu belum gede (dewasa) atau otaknya yang semakin kecil? Sehingga orang lain beda pendapat saja langsung terjadi debat dan berakhir pada pemblokiran akun.
Adalah sah-sah saja kita memilih dan mendukung salah satu capres dan Cawapres, akan tetapi lebih bijak kalau dukungan kita itu kita sampaikan nanti waktu hari pencoblosan di dalam bilik suara. Tidak perlu sampai gontok-gontokkan seperti itu. Belajar menerima keberagaman, perbedaan karena pada dasarnya Indonesia ini sendiri sudah beragam, sudah berbeda-beda. Tapi bukankah dari keberagaman dan perbedaan itu justru akan terjadi keindahan?
*Penulis bukan lover bukan juga hater, tapi penulis sudah punya pilihan untuk Capres dan Cawapres 2014!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H