Mohon tunggu...
septiya
septiya Mohon Tunggu... Administrasi - jarang nulis lebih sering mengkhayal

Penggemar pisang goreng ^^

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Satu Mei Malam

2 Mei 2014   16:22 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:57 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13989973131394900508

[caption id="attachment_334344" align="aligncenter" width="448" caption="ilistrasi : www.jansonhendryli.net"][/caption]

Cuaca panas dan gerah sedari siang, dari balik tembok kamar aku dengar gemuruh bersaut-sautan, guntur. Mungkin akan turun hujan malam ini. Kulihat di televisi, sang Elok di utara itu sedang menggeliat, mungkin juga dia penyebab cuaca panas ini, entahlah. Aku sedang membaca salah satu novel Tere Liye. Menerawang dari balik jendela kamar yang belum aku tutup gordynnya, perasaan apa ini? Kosong.

Aku berangsut berdiri, aku keluar menuju teras rumah. Menerawang ke atas, benar-benar kosong. Hawa panas itu masih berasa, gemuruh dari kejauhan masih terdengar. Aku duduk seraya mengamati langit malam, kosong. Tidak ada bintang, tidak ada bulan. Angin bertiup lembut, membawa aroma bunga yang ku kenal. Aku mengalihkan pandangan ke tanaman di pojok teras, ah kau sedang berbunga rupanya. Bunga sedap malam, hanya bunga itu yang menghiasi teras rumahku.

Angin perlahan berubah dingin, benar sepertinya akan turun hujan. Aku masih duduk di teras, berusaha mencari penjelasan akan perasaan apa yang aku rasakan malam ini. Perlahan suara riuh terdengar dan semakin dekat, di depan ku terlihat jejak-jejak air yang mulai turun. Gerimis. Aku belum menemukan juga jawaban itu, gerimis berubah menjadi deras. Aku kembali masuk dan mengamati malam dari balik jendela.

Angin bertiup kencang, aku lihat gerakan pohon mangga di depan rumah, sesekali kilatan cahaya membuatku bisa melihat daunnya basah karena hujan. Deras dan semakin deras. Ku putuskan menyalakan laptop, mencari di file lagu-lagu yang mungkin bisa mengubah perasaan aneh ini. Mainkan. Alunan lagu mulai terdengar. Sambil sesekali membalas pesan dari temanku. Teman yang belum pernah ku temui.

Aku selalu punya cara untuk tidak membiarkan perasaan ini hadir di malam atau waktu senggangku. Celakanya malam ini, entah ada apa malam ini. Sepertinya perasaan ini menyerangku sebelum aku sempat membuat pertahanan. Keadaan seperti ini sebenarnya sudah bukan yang pertama, mungkin sementara ini aku harus menikmatinya. Menikmati perasaan ini, satu yang pasti. Aku sedang tidak merindukanmu.

Sekarang, aku sedang menulis tulisan ini, mungkin ini bisa mengembalikan malam yang agung ini, dan tentunya aku tidak ingin merusak malam ini dengan perasaan yang aku sendiri tidak bisa mendefinisikannya. Jika kalian bertanya perasaan apa itu, kalian bisa bertanya pada pemilikku.

Yogyakarta 1 Mei 2014, 20 :38

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun