Mohon tunggu...
septiya
septiya Mohon Tunggu... Administrasi - jarang nulis lebih sering mengkhayal

Penggemar pisang goreng ^^

Selanjutnya

Tutup

Drama Artikel Utama

[Kolaborasi RTC] Dua Kejutan

26 Maret 2015   09:01 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:59 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi : kejutan

Kolaborasi : Fitri Manalu dan Septi Yaning

Perempuan berparas ayu duduk termenung di ruang tengah. Layar TV dibiarkan menyala namun pikirannya mengembara entah kemana. Sepuluh tahun sudah ia dan suaminya melayari kehidupan rumah tangga atas nama cinta. Tapi kebahagiaan belum dapat mereka reguk seutuhnya. Entah mengapa, kehadiran bayi mungil dambaan hati masih dalam penantian.

Dhani lelaki baik dan mapan. Meski perkenalan mereka bermula dari keisenganteman kuliah Karissa dulu, namun hubungan mereka berjalan mulus tanpa hambatan. Keduanya terlihat serasi. Restu dari kedua belah pihak keluarga menyempurnakan hubungan itu. Mereka bersanding setahun setelah kelulusan yang gemilang dari bangku kuliah.

Tapi siapa menyangka, tahun-tahun pernikahan berlalu dalam kekecewaan. ‘Tamu’ yang dinanti tak kunjung tiba. Ragam jalan dan cara sudah ditempuh. Mulai dari berobat ke dokter spesialis kandungan, minum ramuan tradisional, hingga mengunjungianeka pengobatan alternatif ditempuh. Nihil. Karissa dan Dhanimasih belum dikaruniai anak. Pernikahan yang semula penuh kedamaian perlahan mulai diselingi pertengkaran demi pertengkaran...

Adegan 1

Dhani: “Sejak tadi aku mengetuk pintu.Kemana saja kamu? (gusar, menaruh tas kerja di meja)

Karissa: “Maaf, aku nggak dengar...” (gelisah, mengambil tas kerja di atas meja lalu meletakkannya kembali)

Dhani : (tertawa mengejek) “Rumah sepi begini masa kamu nggakdengar?

Karissa: “Maksud kamu apa? (tersinggung)

Dhani : “Kamu tahu sendiri (tertawa pahit). Hanya kita berdua penghuni rumah ini...”

Karissa: “Haruskah kamu terus menyinggungku? Aku sudah berusaha...”

Dhani : “Tapi mana hasilnya? (berteriak) Sepuluh tahun! Sampai kapan aku harus menunggu?”

Karissa: “Jadi semua ini salahku? (mulai menangis). Dokter bilang rahimku sehat. Aku subur. Semua pengobatan alternatif juga bilang begitu.”

Dhani: (berjalan menuju sofa, lalu duduk) “Yang jelas ini bukan salahku (dingin). Kakak-kakakku punya anak lebih dari satu. Kami malah sepuluh bersaudara!”

Karissa: (menatap sambil berkaca-kaca) “Lagi-lagi kamu menyalahkanku. Sebenarnya, apa maumu?”

Dhani: (membuang muka ke arah jendela) “Sederhana. Izinkan aku menikah lagi...”

Karissa: “Apa? (menjerit) Kamu sudah gila! (berlari masuk ke kamar lalu membanting pintu)

Dhani: (mematikan TV yang menyala lalu pergi meninggalkan rumah)

Adegan 2

Pertengkaran terakhir dengan suaminya membuat Karissa selalu dirundung gelisah. Ia harus secepatnya memperoleh cara mendapatkan buah hati yang diidamkan oleh lelaki itu.Apalagi suaminya berniat untuk menikah lagi. Sungguh ia tak sanggup membayangkan bila Dhani harus membagi cintanya dengan perempuan lain. Meski lelaki itu akhir-akhir ini sering menyakiti hatinya, Karisa masih sangat mencintainya.

Setelah menimbang-nimbang, Karissa memutuskan memilih jalan terakhir, yakni mengadopsi anak. Ia mencoba menghubungi beberapa kerabat di kampung. Kebetulan ia punya sedikit tabungan. Mudah-mudahan cukup untuk biaya mengadopsi. Tekadnya sudah bulat. Inilah upaya yang akan ia tempuh untuk mempertahankan suami dan rumah tangganya. Mungkin saja kehadiran bayi mungil di rumah mereka akan meluluhkan hati suaminya yang mulai jarang pulang ke rumah.

Setelah menunggu selama seminggu akhirnya ada satu titik terang. Darmi, kerabatnya di kampung menghubunginya. Ponsel di atas meja berdering.

Karissa: (mengangkat ponsel ) “Halo...”

Darmi: Halo, Mbak (suara menjawab). Ini Darmi, Mbak.”

Karissa: Eh... kamu, Mi. Apa kabar?” (gembira)

Darmi: “Baik, Mbak. Mbak juga sehat ‘kan?”

Karissa: “Sehat... Oh ya, ada kabar apa?”

Darmi : “Ini, Mbak. Soal yang kemarin itu Mbak benar-benar serius?

Karissa: “Ya, seriuslah, Mi. Gimana? Kamu ada kabar?” (antusias)

Darmi: Bidan dekat rumah kasihkabar tadi pagi. Ada ibu baru melahirkan kemarin. Bayi laki-laki. Sehat.Ibunya nggak sanggup ngurus karena anaknya sudah enam. Suaminya kuli bangunan. Mereka bersedia kalau ada yang mau adopsi. Kalau Mbak serius, Mbak cepat ke sini ya.

Karissa: (tertawa senang) “Wah... terimakasih, Mi.Aku siap-siap ke kampung sekarang juga.

Darmi: Apa suami Mbak setuju dengan niat mbak ini?” (terdengar ragu)

Karissa: (terdiam sejenak) “Entahlah, Mi. Ini kejutan untuknya. Suamiku mau ada suara bayi di rumah ini.Sebagai istri cuma ini yang bisa aku lakukan. Doakan Mas Dhani berkenan ya, Mi...”

Darmi : “Pasti, Mbak. Kabari aku kalau mbak sudah mau sampai ya...”

Adegan 3

Hati Karissa kini mekar berbunga ibarat tanaman di musim kemarau yang dicurahi hujan. Bayi laki-laki lucu nan menggemaskan itu mampu mengangkat semua beban hatinya. Dia sudah jatuh cintasaat pertamakalimemandangwajah mungil tanpa dosa itu. Air mata menetesmembasahi kedua belah pipi Karissa. Buah hati yang lama dinanti-nanti kini mampu ia miliki meskipun dengan jalur adopsi.

Sambil menggendong bayi yang berselimut warna biru langkah Karissa terasa ringansaat tiba di depan rumah. Senyum di wajahnyamelebar melihat mobil Dhani parkirdalam garasi rumah.Ia membayangkan senyuman di wajah suaminya begitu melihat bayi dalam gendongannya.

Karissa: “Mas... aku sudah pulang... (sunyi tidak ada jawaban, Karissaberjalan menuju ruang tengah)“Kamu dimana?(langkah Karissa terhenti di ruang makan) Kamu... (pucat pasi).

Dhani: (berhenti menyuap nasi) “Kamu duduk dulu... Biar aku jelaskan."

Karissa: “Tidak perlu (bergetar) Siapa dia? (menunjuk perempuan muda yang sedang duduk makan bersama suaminya).

Dhani : (mengangkat bahu) “Oke, terserah... Dira perkenalkan diri kamu...”

Dira     :(bangkit dari duduknya lalu menghampiri Karissa) “Perkenalkan, aku Dira... Calon istri Mas Dhani...” (tersenyum mengulurkan tangan)

Karissa: (terhuyung mundur beberapa langkah) “Tidak....tidak!!! (berlari keluar meninggalkan rumah sambil menggendong bayi)

***

Fitri Manalu :

Berkolaborasi dengan Septy Yaning yang usianya jauh lebih muda merupakan tantangan tersendiri. Ide awal darinya menarik, sehingga kami sepakat untuk menjadikannya sebagai naskah drama singkat. Semoga lain kali masih ada kesempatan kolaborasi lainnya ya, Sep! ^-^.

Septi Yaning :

Ini pertama kalinya aku membuat tulisan dalam bentuk drama. Mbak Fitri sebagai pasangan kolabku sangat membantu.

Samosir - Yogyakarta, 26 Maret 2015

14273389871031036527
14273389871031036527

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Drama Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun