Mohon tunggu...
septiya
septiya Mohon Tunggu... Administrasi - jarang nulis lebih sering mengkhayal

Penggemar pisang goreng ^^

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Baker dan Obrolan Hangat para "Nglajuers"

21 November 2014   22:59 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:11 276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

www.bismania.com

Beberapa hari yang lalu untuk menuju  ke stasiun Kutoarjo saya harus naik bis terlebih dahulu dari kota saya, Wates. Jadwal kereta berangkat adalah pukul 08.10, hal itu membuat saya berangkat dari rumah sekitar jam 6 kurang. Perjalanan dengan bis dari Wates sampai ke Kutoarjo membutuhkan waktu sekitar satu jam. Bis dari arah timur (Jogja) untuk jarak menengah cukup jarang, biasanya ada sekitar 30 -45 menit sekali. Pagi itu hujan cukup deras, di halte selain saya dan kakak saya ada dua orang ibu-ibu yang juga menunggu bis, sama, tujuan mereka ke daerah Kutoarjo. Kami sesekali mengobrol sambil menunggu bis datang.

Sekitar pukul 6.10 bis yang kami tunggu datang. Bis Baker  jurusan Jogja – Purwokerto,  memasuki bis, kondisi penumpang cukup penuh. Saya dipersilahkan seorang bapak untuk duduk di dekat kaca. Bapak itu berkata kalau beliau turu di Bosco, artinya beliau turun sebelum saya, makanya saya dipersilahkan duduk di dekat kaca.

Bis melaju diantara derasnya hujan pagi itu. Saya mencoba menikmati suasana bus yang tidak hanya penuh dengan penumpang, tetapi juga penuh dengan obrolan para penumpangnya. Ada yang mengobrolkan mengenai kurikulum, bahan ajar di sekolah. Saya menduga kalau ibu-ibu itu adalah guru. Ada yang juga mengobrolakan soal harga cabe yang mahal, berekeluh kesah tentang banyaknya undangan nikah.  Ada juga yang mengomentari sepatu seorang bapak-bapak yang dibungkus dengan plastik kresek karena takut basah terkena air hujan. Tidak jarang mereka juga mengeluarkan lelucon yang membuat suasana dalam bis semakin meriah. Saya cukup heran dengan kondisi waktu itu. Kenapa mereka seperti sudah begitu akrab dan dekat. Selain dengan ssama penumpang, mereka juga terlihat ngobrol asik dengan kondektur bis ketika hendak menarik ongkos.

Bapak yang duduk di sebelah saya bertanya, “ mau kemana dek ?” “ ke Kutoarjo pak.” Setelah mencoba larut dalam suasana hangat dalam bis baker itu, saya menjadi tahu kenapa mereka bisa seakrab itu satu sama lain. Dari bapak yang duduk di samping saya saja, beliau bercerita kalau sudah sekitar 12 tahun nglaju pulang pergi setiap harinya, dari Jogja ke Purworejo. Beliau bekerja sebagai pegawai PDAM. Bayangkan saja mulai dari Senin sampai Sabtu bertemu dengan orang-orang yang juga nglaju dengan bus yang sama selama 12 tahun. Pantas saja kalau mereka bisa seakrab itu. Belum alagi saya melihat rata-rata para penumpang  yang bisa saling akrab itu usianya sekitar 45 tahun keatas. Jika diasumsikan mereka bekerja di daerah Purworejo, Kutoarjo dan sekitarnya setelah mereka lulus kuliah  maka bisa dihitung kira-kira mereka sudah nglaju selama lebih dari 20 tahun.

Suasana menjadi lebih ramai ketika bus yang saya tumpangi itu hampir saja bersenggolan dengan sebuah truk dari arah yang berlawanan,  truk tersebut  ingin menghindari sebuah sepeda motor yang menyeberang jalan secara asal-asan. Langsung dengan kompak penumpang  berseru ….“Wooooo”. Ada yang nyletuk “ati-ati pak Pir, udane soyo deres dalane ra ketok ( hati-hati pak sopir, hujannya semakin deras jalannya tidak keliatan).

Kejadian yang tidak kalah lucu adalah, ketika seorang ibu mengambil sebual plastic kresek yang digantung di tengah-tengah bis. Lalu ada yang bertanya “ Ajeng ngge nopo bu ?”(mau buat apa bu)  belum juga ibu itu jawab bapak yang duduk disampingku nyeletuk. “ Ngge mbuntel sepatu bu niku, Niku lho sepatu ne bu Wati tesih anyar. Ndak nglothok” ( buat membungkus septau itu bu, Itu sepatu bu Wati kan masih baru, takut mengelupas). Sontak saja semua tertawa mendengar hal itu.

14165602071383299613
14165602071383299613
plastik kresek yang sengaja digantung (dokpri)

Plastik yang disediakan oleh pihak bus itu mungkin dimaksudkan untuk penumpang yang mabuk darat jika naik bus. Tidak terasa saya sudah sampai di tujuan. Saya turun di lampu merah Kutoarjo. Naik bis bareng dengan “nglajuers” memberikan saya banyak pelajaran. Mereka tetap semangat berangkat bekerja setiap harinya meskipun jarak rumah dengan tempat kerja yang cukup jauh. Bahwa pertemanan itu bisa dijalin dimana saja, bahkan dari dalam bus sekalipun.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun