Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit berbahaya yang dapat berujung hingga kematian. Penyakit DBD ini dapat menyerang semua golongan umur terutama pada anak-anak, dikarenakan anak-anak masih memiliki imun tubuh yang belum matang sehingga pertahanan tubuh mereka belum cukup kuat dan rawan terkena DBD. Hal tersebut dapat terjadi karena anak-anak sering melakukan aktivitas di luar rumah tanpa dibekali pengetahuan terkait DBD di rumah maupun di sekolah. Untuk membantu Dinas Kesehatan Kabupaten Kudus dalam melaksanakan program SIMANTIK (Siswa Pemantau Jentik) untuk mengatasi DBD di lingkungan sekolah, mahasiswa UNNES berkesempatan melakukan kegiatan intervensi program di sekolah SD Negeri 1 Tanjungkarang dengan melibatkan seluruh siswa siswi kelas VI (enam).
SD N 1 Tanjungkarang berlokasi ditempat yang rawan terjadi kontak langsung dengan nyamuk karena letaknya yang berdekatan dengan saluran pembuangan air atau jalur pembuangan limbah rumah tangga, di mana saluran pembuangan air tersebut tidak tertutup sehingga mengakibatkan air menggenang yang berpotensi menjadi media perkembangbiakan nyamuk. Tidak hanya lokasi yang berdekatan dengan saluran pembuangan air, SD N 1 Tanjungkarang juga memiliki fasilitas kolam ikan yang sudah tidak terpakai di depan ruang guru  dengan kondisi air kolam yang kotor dan tidak terawat dengan baik sehingga memicu nyamuk untuk bertelur di area kolam tersebut.Â
Setelah dilakukan observasi pada keseluruhan sebagian besar siswa dan siswi SD N 1 Tanjungkarang ternyata hampir keseluruhan siswa yang ada di SD N 1 Tanjungkarang belum mengetahui penyakit DBD secara mendalam seperti gejalanya, tempat perkembangbiakannya, dan cara pencegahannya. Kebanyakan dari siswa dan siswi yang ada di sekolah tersebut hanya mengetahui bahwa penyakit DBD disebabkan oleh gigitan nyamuk dan nyamuk aktif menggigit di malam hari. Melihat kondisi tersebut, mahasiswa UNNES tertarik untuk melakukan kegiatan intervensi berupa permainan edukasi Dengue Match untuk meningkatkan pengetahuan sekaligus mendorong siswa untuk dapat berperan aktif dalam melakukan kegiatan PSN berupa 3M+ di lingkungan sekolah.Â
Dengue Match merupakan suatu pembelajaran terkait Demam Berdarah Dengue (DBD) yang dirancang dalam bentuk permainan kartu yang dikelompokkan menjadi tiga bagian yaitu kelompok pertama yakni gejala dan bukan gejala, kemudian kelompok kedua terkait tempat perkembangbiakan nyamuk, dan kelompok yang terakhir berupa pencegahan dan bukan kelompok pencegahan. Program ini dilaksanakan pada hari Senin (07/10/2024) dengan berbagai rancangan kegiatan seperti pemberian soal pre-test kepada siswa kelas 6 yang dilanjutkan dengan penyampaian materi mengenai definisi DBD, tanda dan gejala, siklus hidup nyamuk, tempat perkembangbiakan, dan cara pemberantasan jentik nyamuk.
Setelah pemberian materi, dilanjutkan dengan pelaksanaan program inti yaitu Game Dengue Match dimana seluruh siswa dan siswi kelas 6 dibagi membentuk menjadi 4 kelompok yang beranggotakan 6 orang. Dalam permainan ini, setiap perwakilan kelompok akan maju secara bergantian untuk mengambil kartu yang sudah siapkan dan kemudian disusun sesuai dengan arahan oleh mahasiswa UNNES. Permainan ini dibagi menjadi 3 babak dengan babak pertama, pemain diharuskan mengambil kartu jawaban yang benar terkait gejala yang disebabkan oleh DBD kemudian menyusun kartu tersebut di tempat yang sudah disediakan selama 2 menit. Pada babak ini 1 kelompok harus gugur sehingga menyisakan 3 kelompok bermain. Pada tahap babak kedua, pemain harus mengambil kartu jawaban yang benar terkait bukan tanda dan gejala DBD kemudian menyusun kartu yang sudah diambil dengan rentang waktu yang sama dan kembali mengeliminasi 1 kelompok seperti di babak pertama. Masuk ke dalam babak terakhir, tersisa dua kelompok bermain yang berkesempatan untuk menjadi juara, pada permainan ini terdapat 2 permainan dimana yang pertama, pemain harus mengambil kartu jawaban yang benar terkait pencegahan DBD. Setelahnya, pemain harus mengambil kartu jawaban yang benar terkait bukan pencegahan DBD dan menyusun masing-masing kartu dengan waktu yang sama selama 1 menit. Terselesaikannya permainan ini, dilanjutkan dengan mengerjakan soal post-test untuk mengukur pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan melalui Game Dengue Match.
Hampir seluruh siswa menjawab hasil post-test dengan benar dibandingkan hasil yang didapatkan sebelumnya melalui pre-test. Dengan hal ini, maka dapat dikatakan bahwa adanya peningkatan pemahaman siswa mengenai penyakit DBD melalui penyampaian materi menggunakan metode permainan. Serta antusiasme siswa terlihat secara nyata di sepanjang permainan, dimana mereka aktif dalam berpartisipasi dan saling bersaing antar anggota kelompok untuk menentukan jawaban yang tepat sesuai dengan arahan yang diberikan.
Melalui kegiatan ini, mahasiswa UNNES berharap dapat membantu mengatasi masalah yang terjadi di sekolah akibat kurangnya pengetahuan dan kesadaran siswa dalam mencegah penyakit DBD, membantu mencapai keberhasilan program PSN dan 3M+ yang dikembangkan oleh pihak Dinas Kesehatan Kabupaten Kudus. Penyerahan advokasi berupa dokumen policy brief diberikan kepada kepala sekolah terkait hasil intervensi dan efektifitas program yang telah dilakukan serta rekomendasi dari program Game Dengue Match apabila ingin dilakukan secara berkelanjutan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H