Inget ngga betapa malesnya upacara bendera tiap Senin pagi dulu semasa sekolah? Kalau saya sih males. Hehehe. Bukannya ngga nasionalis atau apa, tapi karena sudah menjadi rutinitas tiap seminggu sekali dan dilakukan dari SD sampai SMA—saya yang masih remaja labil saat itu—jadi kurang bisa khidmat pas upacara bendera. Dari kali terakhir saya ikut upacara terakhir pas SMA, tiga tahun kemudian akhirnya saya ikut upacara bendera lagi, di tempat yang sangat jauuuh dan nggak pernah saya bayangkan akan memperingati hari kemerdekaan Indonesia di sana—di Pulau Maratua.
17 Agustus 2012, saya dan teman-teman KKN Maratua UGM 2012 diundang Pak Camat untuk ikut upacara bendera. Awalnya malah beberapa dari kami diminta untuk menjadi petugas upacara, tapi nggak jadi karena tugas kami adalah memberdayakan masyarakat setempat—yang dalam moment ini adalah anak-anak SMA di sana—untuk jadi petugas upacaranya. Padahal mah kami ngeles aja karena nggak mau dijadikan petugas sama Pak Camat. *Hehehe, salam damai Pak Cam :)*. Jadilah kami hanya melatih paskibra anak-anak SMA saja. Sebenarnya, tanpa kami latih pun anak-anak di sana udah bisa ... cuma kami memantapkan kepercayaan diri mereka saja. Ceileee ....
Gila. Ternyata sensasi upacara di pulau nun jauh di sana beda ya. Serius. Bukan cuma soal tempatnya yang jauh, tapi upacara di pulau terluar yang jaraknya dari Filiphina cuma enam jam naik speedboat itu beda. Beda apanya? Beda banget ... entah mungkin sayanya aja atau gimana, tapi nuansa nasionalisme itu kerasa bener. Pulau Maratua punya empat desa yang jarak antardesanya jauh-jauh kalau ditilik dari transportasi dan sarana prasarana yang ada di sana ya. Bahkan, salah satu desanya, Teluk Alulu, letaknya kepisah jauh dari tiga desa lainnya. Jadi, kalau mau dateng ke upacara warganya musti naik perahu dulu terus jalan ke lapangan upacaranya yang juga ngga deket.
Mereka saja yang tempat tinggalnya jauuuh dan jarang tersentuh sama pemerintah bisa begitu menghargai yang namanya upacara Hari Kemerdekaan Republik Indonesia, lha saya? Saya jadi merasa ciut. Kecil.
Terlepas dari efektif ngga efektifkan upacara bendera di sekolah-sekolah atau apakah nasionalisme diukur dari keikutsertaan kita dalam upacara atau ngga, itu semua kembali kepada pribadi masing-masing. Saya hanya share, bagaimana saya yang dulu semasa menjadi siswa maleeeeees banget upacara, tapi di penghujung ke-mahasiswa-an saya, saya justru ‘baru menemukan’ esensi upacara bendera itu sendiri. Saya cinta negeri ini. Dan untuk segala perjuangan yang telah dilakukan para pahlawan jauh sebelum saya lahir, saya haturkan terima kasih sebesar-besarnya. Dan cara menghormati mereka salah satunya adalah dengan upacara,—menurut saya.
Eh tapi, kalau kamu dulu pernah ngerasa males ngga sih waktu upacara bendera? :p
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI