Partai-partai yang dahulu begitu loyal terhadapnya, kini berbalik mendukung Jokowi. Berbagai prestasi besar yang ditorehkan Jokowi selama kurang dari empat tahun terakhir mengakibatkan partai-partai yang sebelumnya mendukung Prabowo tersebut mengalihkan loyalitas mereka kepada pemimpin revolusioner Indonesia tersebut, kepada pemimpin ndeso berkelas internasional itu.
Atas berbagai kegalauan yang dialami oleh Prabowo tersebut, ia lantas mengeluarkan berbagai pernyataan-pernyataan pesimis, ilusif, dan kontroversial, dengan harapan akan mendapat dukungan dari masyarakat. Ia sengaja menjual isu-isu yang tidak berdasar tersebut untuk mencoba meraih simpati dari rakyat Indonesia.
Dan ternyata, berbagai pernyataannya tersebut: yang menyebut Indonesia bubar tahun 2030, serta tuduhannya atas kesenjangan ekonomi di Indonesia yang (menurutnya) semakin lebar saat ini, adalah karena ulah para elite goblok dan bermental maling, bukan malah mendapat reaksi positif dari masyarakat. Yang terjadi malah sebaliknya, Prabowo dianggap tidak pantas memimpin Indonesia karena kerap menyampaikan pemikiran pesimisnya tentang Indonesia.
Berbagai pernyataan pesimis Prabowo tersebut juga ditanggapi miring oleh para pemilih dari kaum milenial yang jumlahnya hampir mencapai 35 persen. Berdasarkan hasil survei yang dirilis oleh lembaga survei Voxpol Center menyatakan bahwa pidato-pidato pesimis Prabowo dianggap menggerus suara pemilih milenial.
Pangi Chaniago, Direktur Eksekutif Voxpol Center menyatakan bahwa generasi milenial tidak menyukai pesimisme. Namun sebaliknya, mereka lebih suka sikap-sikap optimis. Prabowo dianggap cenderung memancing sentimen negatif yang mengakibatkan para generasi milenial merasa tidak nyaman atas ketidakmampuan Prabowo mengelola isu-isu dengan baik tersebut.
Dan sebaliknya, Jokowi dianggap cukup berhasil memberikan pengaruh positif terhadap para kaum milenial. Jokowi yang kerap bertemu dengan komunitas-komunitas anak muda, serta Jokowi yang acap mengenakan pakaian serta pernak-pernik yang dianggap sebagai simbol-simbol kawula muda, membuatnya lebih disenangi oleh para generasi emas Indonesia tersebut.
Pidato Jokowi yang begitu menggetarkan dengan tangannya teracung ke atas, pada saat menghadiri Konvensi Nasional 2018 di Bogor, Jawa Barat, Sabtu kemarin, menjadi jawaban telak Presiden Jokowi terhadap pesimisme Prabowo Subianto. Pidato Jokowi yang cukup memukau itu, membuatku semakin bangga kepada sang presiden, pecinta binatang kodok tersebut. Baru kali ini saya menyaksikan Jokowi berpidato begitu berapi-api. Ia tampil seperti orator ulung.
Jokowi yang selama ini senantiasa menunjukkan sikap serta cara berbicara yang lemah lembut dan terkesan lambat itu, sangat kontradiktif dengan apa yang ditunjukkannya kemarin. Ia berorasi layaknya Bung Karno, yang disambut dengan begitu riuh oleh seluruh relawan dan simpatisan yang hadir.
"Jangan kita bicara pesimis 2030 bubar! Pemimpin itu harus memberi optimisme kepada rakyatnya. Pemimpin itu harus memberikan semangat kepada rakyatnya, meskipun tantangan sangat berat. Indonesia akan jadi negara besar, akan jadi negara yang kuat ekonominya...Enggak bisa kita bermanja-manja. Enggak bisa kita bermalas-malasan. Harus kerja keras, harus berusaha". Begitu Jokowi menyampaikan pidatonya dengan semangat berkobar-kobar.
Lewat pidatonya tersebut, dia ingin berpesan kepada seluruh rakyat, bahwa kita harus tetap optimis memandang masa depan Indonesia. Ia juga ingin menyampaikan bahwa Indonesia sudah on the right track saat ini, yang menurutnya, Indonesia sedang melangkah menuju sebuah titik terang.
Dan memang, Indonesia tidak akan bubar seperti prediksi Prabowo. Berbagai lembaga internasional malah memprediksi ekonomi Indonesia akan tumbuh pesat dan akan menempati posisi kelima sebagai ekonomi terbesar di dunia pada tahun 2030. Indonesia diperkirakan akan mampu mengalahkan negara Amerika Serikat pada tahun 2030. Indonesia tidak bubar. Sekali lagi Indonesia tidak bubar. Tetapi akan semakin besar.