Mohon tunggu...
indah cahayamentari
indah cahayamentari Mohon Tunggu... Desainer - septiii

Penikmat senja dan pagi

Selanjutnya

Tutup

Politik

Optimisme Jokowi Versus Pesimisme Prabowo, Pilih Mana?

14 April 2019   10:42 Diperbarui: 14 April 2019   11:15 281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

*"...tetapi di negara lain mereka sudah bikin kajian-kajian, di mana Republik Indonesia sudah dinyatakan tidak ada lagi tahun 2030. Bung! Mereka ramalkan kita ini bubar...",* begitu Prabowo berbicara dengan begitu menggebu dalam sebuah video yang diunggah beberapa waktu lalu. Purnawirawan jenderal bintang tiga tersebut dengan suara yang begitu menggelegar menyampaikan keresahannya terhadap masa depan Indonesia.

Sontak pernyataan Prabowo tersebut membuat heboh seluruh jagat raya. Dasarnya apa sehingga Prabowo mengeluarkan pernyataan bodoh seperti itu? Ternyata Prabowo mengutipnya dari sebuah novel fiksi berjudul, Ghost Fleet, yang ditulis oleh Peter Warren Singer dan August Cole, novelis ternama asal negeri Paman Sam.

Pidato berapi-api Prabowo tersebut mendapat respon dari sang penulis, Peter Warren Singer. Dia menganggap bahwa Prabowo Subianto yang mengutip pidatonya dari novelnya, sebagai sesuatu hal yang tidak terduga. Singer mungkin sebelumnya tidak pernah menduga bahwa novelnya akan dikutip oleh seorang politikus besar Indonesia sekelas Prabowo.

Cuitan Singer tentang Prabowo yang ia sebut sebagai Indonesian opposition leader itu, kemudian dibalas oleh August Cole, rekannya penulis novel Ghost Fleet, yang mempertanyakan apakah isi novel tentang Indonesia bubar yang dikutip oleh Prabowo tersebut hanya sebuah fiksi belaka atau memang benar-benar sebuah prediksi. Jawaban Singer membuat saya tertawa terbahak-bahak: "Ask the Indonesian general..."

Singer sendiri, yang merupakan penulis novel tersebut, kurang tahu apakah novel yang ditulisnya tersebut merupakan fiksi atau memang sebuah prediksi tentang keberadaan Indonesia 12 tahun mendatang. Atau mungkin saja, dia dengan sengaja tidak memberi tahu jawaban sebenarnya kepada Cole, di akun twitter-nya, bahwa novel tersebut memang hanya sekedar cerita fiksi, agar Prabowo tidak semakin disudutkan oleh rakyat Indonesia. Singer sepertinya sengaja melindungi Prabowo.

Berdasarkan berbagai pernyataan-pernyataan tidak masuk akalnya belakangan ini, berdasarkan berbagai ucapan-ucapan ilusifnya dalam berbagai kesempatan akhir-akhir ini, apakah Prabowo memang benar-benar tertekan sebagaimana disampaikan oleh Effendi Gazali baru-baru ini?. Sulit saya untuk menjawab "Tidak." Prabowo memang sepertinya benar-benar tertekan. Ia sedang terdesak oleh waktu, ia juga terdesak oleh permintaan para kader terhadapnya untuk maju sebagai capres.

Di satu sisi, Prabowo masih benar-benar ingin menjadi presiden. Ia masih benar-benar ingin menjadi pemimpin tertinggi di negeri ini, yang setiap ucapan dan geraknya akan selalu mendapat sorotan dari media. Ia benar-benar ingin menjadi orang nomor satu di negeri ini, yang setiap derap langkahnya selalu mendapat pengawalan ketat dari Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres). Prabowo benar-benar ingin menjadi RI-1.

Namun, di sisi lain, ia harus benar-benar berpikir hingga ratusan atau bahkan ribuan kali untuk mengatur strategi paling jitu untuk dapat mengalahkan Jokowi. Ia juga harus benar-benar memikirkan kebutuhan logistik yang tidak sedikit jumlahnya, untuk mengarungi rangkaian panjang Pilpres tahun depan.

Selain itu, ia juga harus benar-benar mempertimbangkan kenyataan yang ia hadapi saat ini. Di mana tidak ada satu partai pun yang secara terbuka memberi dukungan kepadanya selain partainya sendiri, Partai Gerindra, dan PKS. Dan sepertinya, PKS juga agak sedikit goyah belakangan ini karena keraguan seorang Prabowo.

Keadaan yang ia hadapi saat ini berbanding terbalik dengan apa yang ia alami pada Pilpres 2014 silam. Ketika itu, Prabowo berhasil mengajak hampir seluruh partai politik yang ada untuk turut mendukungnya yang ia namai Koalisi Merah Putih. Partai Golkar, PAN, PPP, PKS, PBB, dan Partai Demokrat (sekalipun partai besutan SBY tersebut agak sedikit malu-malu menyebut dirinya sebagai bagian dari Koalisi Merah Putih.) Koalisi gemuk tersebut berhasil menguasai kursi di Senayan dengan 353 kursi (63 persen).

Tetapi, Pilpres 2014 bukanlah Pilpres 2019. Prabowo yang memiliki taring yang cukup tajam tahun 2014 lalu, sudah tidak dimilikinya lagi. Prabowo yang sebelumnya begitu garang dan liar bagaikan seekor harimau Sumatera, namun kini ia tidak lebih seperti macan ompong. Ia tidak lagi menjadi magnet yang dapat menarik banyak hal. Ia juga bukan lagi seperti gula yang dikerumuni oleh banyak semut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun