Pernahkah Anda merasa dipaksa untuk selalu berpikir positif, bahkan ketika sedang merasa sedih atau marah? Ini adalah contoh dari toxic positivity, sebuah tren yang semakin populer namun berbahaya.Toxic positivity adalah praktik mendorong seseorang untuk selalu berpikir positif dan menghindari emosi negatif, seperti kesedihan, kemarahan, atau kecemasan. Meskipun terdengar positif, namun sebenarnya praktik ini dapat berdampak buruk pada kesehatan mental. Seseorang yang menerapkan prinsip ini akan kesulitan menerima emosi negatif yang ada, dampaknya akan berbahaya bagi dirinya sendiri.
Toxic Positivity membungkam emosi negatif pada diri kita, emosi negatif merupakan hal alami yang terdapat di dalam diri manusia. Sering menerapkan hal tersebut akan membuat stres pada diri kita karena keseringan memendam emosi negatif yang berdampak pada kecemasan diri. Orang yang menerapkan toxic positivity akan merasa terisolasi dan kesepian karena mereka tidak bisa berbagi perasaan yang sebeydia rasakan. Toxic positivity akan membuat kita kehilangan kesempatan untuk belajar dan tumbuh sebagai pribadi yang sehat mentalnya. Jika terus menerus dilakukan hal ini akan membuat kita kesulitan dalam menjalin hubungan yang sehat dengan orang lain.
Bagaimana Mengatasi Toxic Positivity?
 * Akui Emosi Anda: Berikan diri Anda izin untuk merasakan semua emosi, baik itu positif maupun negatif.
 * Cari Dukungan: Bicaralah dengan teman, keluarga, atau terapis tentang perasaan Anda.
 * Latih Keterampilan Mengelola Emosi: Pelajari teknik-teknik seperti meditasi, yoga, atau journaling untuk membantu Anda mengelola emosi.
 * Tetapkan Batasan: Belajarlah untuk mengatakan tidak ketika Anda merasa kewalahan.
Pentingnya Menerima Emosi Negatif emosi negatif adalah bagian normal dari kehidupan manusia. Dengan menerima dan mengelola emosi negatif dengan sehat, kita dapat membangun resiliensi dan meningkatkan kesejahteraan mental.Ingat, tidak apa-apa untuk tidak selalu merasa baik-baik saja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H