Kamis, 02 September 2004. Mungkin adalah awal perjalanan seorang anak perempuan untuk meniti hidupnya. Lahir sebagai anak pertama yang sudah lama dinantikan ternyata tak seindah bayangin, beban berat dipikul sendirian dipundaknya. Pendidikan, ya Satu kata yang mampu membuat dia merasa terbebani. Di tuntut untuk sukses sebagai generasi pertama yang mengenyam bangku perkuliahan, penasaran dengan kisah pendidikan si anak pertama tersebut? Mari kita kulik kisahnya.
2010 silam, adalah tahun dimana si anak memulai cerita pendidikannya, SD NEGERI 1 menjadi tujuan pertama setelah lulus dari taman kanak-kanak. Nanum, ternyata takdir membawanya untuk mengenyam bangku sekolah dasar di SD NEGERI 2, 6 tahun yang terasa begitu singkat namun sangat membekas, si anak pertama kita dalam satu semester pertamanya dapat berjalan dengan mulus. Peringkat akademik di dapatkan dengan susah payah. dan untuk tahun-tahun berikutnya peringkat itu tidak pernah tergeser. Mari bertepuk tangan sebentar untuk merayakannya.
Setelah melewati kemulusan perjalanan pendidikan pertamanya, si anak pertama akhirnya berhasil lulus Sekolah Dasar dengan hasil memuaskan, berlanjutlah perjalanan pada jenjang Sekolah Menengah. SMP NEGERI 1 menjadi tujuan dan bersyukurlah berkat prestasi yang di dapat selama ini PPDB berjalan mulus. Semester pertamanya berhasil dilalui dengan langsung menyabet gelar JUARA UMUM dan selalu begitu pada setiap semester selanjutnya. Akhirnya masa Sekolah Menengah usai dengan hasil yang tetap membanggakan. Lagi.
Selanjutnya kita bergeser pada kisah si anak pertama pada jenjang Sekolah Menengah Atas, IPA adalah jurusan yang diminati sejak awal karena dia bercita-cita ingin menjadi para medis. SMA NEGERI 1 SEPUTIH BANYAK, di tujuannya kali ini, namun sepertinya dewi fortuna tidak berada di posisinya kali ini. Untuk pertama kalinya dia GAGAL, menangis? oh sudah pasti. Sianak pertama merasa kecewa namun semangatnya masih sangat berkobar.
Hari selanjutnya, dia mencoba peruntungan dengan kembali mendaftarkan diri. SMA NEGERI 1 WAY SEPUTIH, yang ditujunya kali ini sekolah yang tidak pernah terlintas dibenaknya akhirnya menjadi tempat untuk menuntut ilmu selama 3 tahun ke depan. Ujian semester pertama telah di lewati, dan sepertinya Dewi Fortuna masih belum berada di pihaknya, lagi. Untuk pertama kalinya dia GAGAL menyabet peringkat 3 besar, kecewa, marah dan sedih sudah pasti dia rasakan. Namun, apakah dia merasa putus asa? Jika kalian menjawab iya artinya kalian salah besar, dia kembali bangkit dari keterpurukan. Sayangnya dia kembali gagal pada semester-semester selanjutnya. Dia gagal memperoleh predikat 3 besar selama Masa SMAnya.
Setelah lulus, terjadi perdebatan panjang tentang dimana dia akan menempuh bangku pendidikan selanjutnya. berbagai jurusan diajukan kepada oran tua namun tidak ada satupun yang diterima. Dia marah tentu saja, pada akhirnya dia mengikuti kata ibunya untuk masuk dunia pendidikan, mengorbankan mimpinya untuk menjadi tenaga medis. IAIN menjadi tujuan setelah beberapa kali ditolak PTN ternama.
Semester pertama, yang banyak digadang-gadang menjadi semester yang mudah untuk mendapatkan nilai oleh banyak orang, namun ternyata malah menjadi semester buruk untuk si anak pertama. sekali lagi dia gagal memperoleh IPK yang sudah diekspektasikan. Lagi dan lagi dia merasa marah dan kecewa atas kinerjanya selama ini. Nmun beruntung dia memiliki orang tua yang pengertian, setelah menangis semalaman dia akhirnya mampu bangkit untuk semester yang akan datang.
Dia sekarang berada pada semester 2 yang doakan supaya dia mendapatkan hasil yang memuaskan kali ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H