ABSTRAKÂ
Komunikasi non-verbal merupakan salah satu bentuk komunikasi  yang menggunakan simbol, isyarat atau bahasa tubuh, tanpa menggunakan kata-kata. Dalam komunikasi non-verbal, konteks dari pesan berupa simbol ataupun isyarat dalam penyampaiannya sangat berpengaruh pada makna yang hendak disampaikan. Dalam konteks ini adalah sejarah yang tertera dalam Kerajaan Siak dan peninggalan Kerajaan Siak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Jejak Sejarah di Balik Pintu Museum Nasional Kisah Kerajaan Siak dan Peninggalan Kerajaan Siak. Museum Nasional sebagai salah satu tempat pelestarian budaya dan sejarah Indonesia, menyimpan berbagai peninggalan yang menunjukkan kekayaan warisan bangsa. Salah satu yang menarik untuk dijelajahi alah sejarah Kerajaan Siak, yang merupakan salah satu kerajaan Islam yang berpengaruh di Sumatera. Artikel ini membahas kisah Kerajaan Siak, mulai dari pendiriannya, perkembangan politik, ekonomi dan sosialnya, hingga pengaruhnya terhadap sejarah Indonesia.
Melalui koleksi artefak, dokumen, dan karya seni di Museum Nasional, penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan nilai-nilai budaya dan sejarah yang ada dalam peninggalan Kerajaan Siak. Selain itu, penelitian ini juga menekankan pentingnya pelestarian dan pengenalan sejarah lokal kepada masyarakat, serta peran museum dalam mendidik generasi muda tentang warisan yang beragam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peninggalan Kerajaan Siak tidak hanya mencerminkan kebudayaan lokal, tetapi juga interaksi dengan budaya luar yang memperkaya identitas budaya Indonesia. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi dalam upaya pelestarian dan edukasi sejarah lokal, serta meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya warisan budaya.
Kata Kunci: Komunikasi, Museum Nasional, Kerajaan Siak, Peninggalan Sejarah, Pelestarian budaya, Identitas Budaya
PENDAHULUAN
Museum Nasional Indonesia, yang sering disebut sebagai Museum Gajah, merupakan salah satu institusi budaya paling penting di Indonesia. Didirikan pada tahun 1778, tempat ini menyimpan berbagai koleksi yang menggambarkan sejarah dan budaya negara, termasuk warisan dari Kerajaan Siak. Kerajaan Siak, yang berada di Provinsi Riau, memiliki sejarah yang kaya dan berpengaruh dalam perkembangan budaya Melayu serta perdagangan di Asia tenggara. Melalui museum ini, para mengunjungi jejak sejarah yang menghubungkan masa lampau dengan saat ini. Kerajaan Siak adalah salah satu kerajaan Melayu Islam yang memainkan peran signifikan dalam sejarah politik dan budaya di Sumatera, terutama di Kabupaten Siak, Provinsi Riau. Kerajaan ini didirikan oleh Raja Kecik, yang selanjutnya dikenal sebagai Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah, pada tahun 1723. Keberadaan Kerajaan Siak mencerminkan perubahan penguasaan di daerah tersebut sebelum dan setelah kedatangan kolonial Belanda dan Inggris, serta pada masa awal kemerdekaan Indonesia. Sebagai salah satu pusat kekuasaan di Sumatera Timur, Kerajaan Siak tidak hanya berfungsi sebagai pelindung identitas dan kebudayaan Melayu, tetapi juga sebagai benteng penyebaran Islam di kawasan tersebut. Pengaruh Islam yang kuat dapat dilihat dalam kebiasaan, hukum, dan seni budaya yang berkembang di bawah naungan Kesultanan Siak.
Kedatangan kolonial Belanda di Timur Sumatera, termasuk Kerajaan Siak, didorong oleh kesadaran akan potensi sumber daya alam yang melimpah, seperti hasil pertanian, perkebunan, dan tambang. Kesultanan Siak Sri Indrapura menjadi salah satu sasaran ekspansi Belanda karena lokasi strategis dan kekayaan alamnya. Pada awal abad ke-18, Sultan Abdul Jalil Riayat Syah dari Kesultanan Johor, yang merupakan nenek moyang penguasa Siak, berusaha menjalin hubungan dengan Belanda melalui sebuah perjanjian yang bertujuan memperkuat posisi mereka di tengah ancaman kekuatan kolonial lainnya. Namun, perjanjian tersebut akhirnya dimanfaatkan oleh Belanda untuk memperluas pengaruh mereka di Kesultanan Siak, yang pada gilirannya mempengaruhi perkembangan politik, ekonomi, dan sosial di kerajaan itu hingga masa setelah kemerdekaan Indonesia (Tuanku Lukman Sinar, 2006).
Kebudayaan Melayu telah menjadi salah satu pilar utama dalam pembentukan kebudayaan Nusantara, memiliki peran yang sangat dominan dalam perkembangan identitas budaya yang kemudian dikenal sebagai Indonesia. Sebelum munculnya gerakan kemerdekaan melawan penjajahan Hindia Belanda, bahasa Melayu telah menjadi bahasa perantara yang digunakan secara luas di seluruh kepulauan Nusantara untuk memfasilitasi komunikasi antarsuku dan wilayah. Selain itu, adat istiadat dan tradisi Melayu menjadi landasan kuat dalam pembentukan norma sosial dan budaya yang menyatukan berbagai kelompok etnis di wilayah ini. Pengaruh kebudayaan Melayu tidak hanya terbatas pada aspek sosial dan linguistik, tetapi juga meliputi elemen hukum adat, seni, dan tata cara kehidupan sehari-hari yang menjadi ciri khas masyarakat Nusantara (Tengku Lukman Sinar, 2009).
METODE PENELITIANÂ
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif untuk menjelajahi dan memahami kejadian sejarah Kerajaan Siak. Menurut Agus Salim dalam bukunya, penelitian kualitatif merupakan metode penelitian berlandaskan filsafat postpositivisme, digunakan dalam meneliti obyek ilmiah dan peneliti menjadi instrument kunci. Penelitian kualitatif ini merupakan proses eksplorasi dalam memahamimakna perilaku individu dan kelompok, yaitu menggambarkan sosial atau masalah kemanusiaan. Mecakup pada mengumpulkan data dalam setting partisipan, analisis data secara induktif, membangun data parsial sampai kepada memberikan interpretasi terhadap makna suatu data (salam, 2023).
Melalui pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif analisis, Metode ini dipilih karena memungkinkan peneliti memahami dengan lebih baik mengenai dan sosial masyarakat. informasi diperoleh dengan 1) wawancara mendalam dengan ahli budaya secara verbal; 2) bersumber literatur tertulis seperti artikel, jurnal, atau tulisan lain yang mendukung tema penelitian. Wawancara dilakukan secara semi-terstruktur untuk mendapatkan informasi lebih detail sesuai dengan respons informan. Selain itu, peneliti juga melakukan observasi langsung di tempat wisata dengan tema budaya yaitu Museum Nasional untuk mendukung data yang didapatkan dari wawancara.