Para era ini, sedang marak generasi muda peduli terhadap kesehatan mental (mental health) yang dirasa sangat penting dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Generasi muda atau yang dikenal dengan sebuatn gen z merupakan generasi yang lahir pada tahun 1997-2012. Saat ini, sudah tidak asing lagi bagi kita mendengar istilah-istilah gangguan esehatan mental seperti: depresi, anxiety, burnout, OCD (Obsessive Compulsive Disorder), PTSD (Post-Traumatic Stress Disorder), NPD (Narcissistic Personality Disorder), bipolar disorder, skizofrenia, dan gangguan kesehatan mental lainnya. Tak heran dengan era media sosial sekarang, banyak generasi muda yang mengampanyekan pentingnya kesehatan mental disetiap aspek kehidupan seperti di lingkungan kerja, sekolah, kehidupan keluarga, hingga hubungan percintaan. Dengan adanya informasi yang telalu banyak menyebar di internet dan berbagai platform media sosial membuat banyak orang FOMO dan mendiagnosa penyakit mentalnya sendiri secara berlebihan. Padahal, setelah ia melakukan pemeriksaan di psikolog atau psikiater ternyata ia ternyata baik-baik saja. Sehingga, pada masa sekarang gen z sering di cap generasi lemah dan "menye-menye" oleh generasi diatasnya (generasi millennial, generasi x, dan generasi boomer).Â
Walaupun gen z sering dianggap lemah olah gernarasi lain. Namun, sebenarnya kesehatan mental itu memang sangat penting untuk diperhatikan oleh setiap individu. Mengapa? karena pada era perkembangan teknologi yang semakin pesat membuat setiap individu di dunia memiliki tekanan yang sangat tinggi terhadap ekspektasi orang lain. Disinilah, peran kesehatan mental sangat penting. Namun, dari sudut pandang orang tua ketika seorang anak memberanikan diri untuk mengecek kesehatan mentaln di psikolog atau psikiater maka orang tua merasa dirinya telah gagal menjadi pendidik anak yang baik. (Menurut dokter kejiawaan, dr. Elvine Gunawan, Sp. KJ). Merasa malu karena dari sudut pandang orang tua telah memberikan kasih sayang cukup dan fasilitas terbaik bagi anaknya. Namun, sering kali banyak dari orang tua tidak memiliki cukup banyak waktu (quality time) dengan anak karena terlalu sibuk dengan pekerjaan dengan dalih bekerja untuk anak. Sedangkan, dari sudut pandang anak quality time dengan orang tua adalah momen yang sangat berharga walaupun hanya sekadar mengantar ke sekolah, makan bersama di meja makan, dan menghabiskan waktu dengan bermain dan bercanda bersama. Seorang anak sangat membutuhkan kasih sayang orang tua, karena semua momen bersama orang tua akan terekam jelas di otak sang anak.
 Selain itu, menurut Vera Itabiliana Hadiwidjojo P.si seorang psikolog anak dan remaja terdapat kesalahan pola asuh orang tua yang sering tidak disadari seperti orang tua tidak sengaja mematikan emosi anak dan meremehkan pikiran anak. Maksudnya adalah ketika seorang anak sedang berkeluh kesah tentang kesulitannya tiba-tiba orang tua mendesak anak untuk selalu bersyukur padahal sebenarnya anak sedang mencoba mengekpresikan emosi yang penting untuk dikeluarkan. Kemudian, ketika anak sedang berpendapat tentang sesuatu hal namun orang tua abai dan akhirnya si anak merasa bahwa pemikirannya tidak pernah di dengar karena orang tua selalu menganggap anak sebagai "anak kecil selamanya". Dengan adanya fenomena kesehatan mental yang sering diderita oleh gen z, diperlukan kesadaran dari para orang tua terhadap pola asuh anak yang benar dan kesadaran terhadap pentingnya kesehatan mental anak, serta menormalisasi anak ke psikolog atau psikiater adalah bukanlah hal yang memalukan dan merupakan bentuk kasih sayang orang tua terhadap anak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H