Mohon tunggu...
Septian Nugroho
Septian Nugroho Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Penuntut Ilmu, alumni SMAN 8 Jakarta, S1-Ilmu Hukum FHUI, dan S2-Magister Kenotariatan FHUI. Follow @ian_indonesia

Selanjutnya

Tutup

Money

Berawal dari Hobi Mengajar Tumbuh Menjadi Bimbel Besar

30 September 2013   16:38 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:11 381
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Nelson Mandela pernah mengatakan, education is the most powerful weapon which you can use to change the world. Pendidikan adalah senjata yang paling ampuh yang bisa kita gunakan untuk mengubah dunia. Filosofi ini juga yang digunakan Jepang dan Korea Selatan untuk membangun negaranya bangkit dari keterpurukan pasca Perang Dunia II dan Perang Korea, menjadi Macan Asia yang sangat disegani.

Lalu bagaimana pendidikan di Negara kita?

Pendidikan di Indonesia masih meninggalkan banyak lubang, kekurangan di sana-sini. Mulai dari kebiasaan menyontek yang mengakar dari Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi, infrastruktur yang belum memadai, mutu tenaga pengajar yang belum mumpuni, hingga fenomena maraknya kasus korupsi yang menjerat pimpinan universitas.

Sebagai warga Negara yang baik, tentu kita tidak tepat hanya berpangku tangan, berdiam diri, dan berteriak di jalan menyalahkan Negara. Kita tidak boleh lagi punya paradigmabahwa pendidikan sepenuhnya jadi tanggungjawab Negara. Kita harus merombak mindset kita dari our country is the government responsibility menjadi our country is our responsibility. Tiap-tiap warga Negara harus mengambil bagian dalam perubahan ini. Semuanya harus ikut berkontribusi dan saling berkolaborasi.

Khusus menyoroti mengenai mutu tenaga pengajar, kita harus mengakui bahwa tidak semua pengajar kita layak mengajar. Ada saja oknum guru yang menjalani profesi setengah hati. Sekedar dijadikan pekerjaan rutin, tanpa semangat berbagi dan menginspirasi. Mungkin karena ia tidak punya passion mengajar, ditambah beratnya beban administrasi terkait siswa yang harus diurus, sertifikasi yang harus dikejar, dan hal-hal teknis lain, semakin mengurangi waktunya untuk bisa mempersiapkan materi ajar. Padahal zaman terus berubah, waktu terus berjalan, dan invensi terus ditemukan. Guru harusnya mengupdate pengetahuannya supaya tujuan pendidikan lebih mudah tercapai.

Profesi guru di Indonesia pun belum menjadi pilihan utama. Hal ini terbukti dari rasio peminat program studi keguruan yang ditawarkan universitas-universitas pendidikan. Siswa-siswi terbaik Indonesia dari sekolah-sekolah unggulan dan juara olimpiade, biasanya lebih tertarik menimba ilmu di Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, Universitas Gadjah Mada, Univertitas Airlangga, atau bahkan melanjutkan studi ke luar negeri. Jarang diantara mereka yang memilih universitas pendidikan dan mengabdi sepenuhnya menjadi seorang guru. Akibatnya, karena input bukan yang terbaik outputnya menjadi kurang maksimal.

Bimbel menjadi alternatif pilihan.

Ketika panggilan hati untuk mengajar terus bergemuruh, sementara kekhawatiran dan ketakutan untuk menjadi seorang guru semakin besar, maka bimbingan belajar (bimbel) menjadi salah satu alternatif pilihan. Banyak mahasiswa yang saat ini diberdayakan dan dilibatkan dalam kegiatan Bimbel. Tidak hanya membantu mencerdaskan siswa-siswi sekolah dasar dan menengah yang diajarnya, tetapi juga melatih kemandirian mahasiswa itu sendiri. Mereka bisa belajar memanfaatkan waktu seefisien mungkin, sekaligus mendapat penghasilan tambahan untuk membiayai kuliah mereka sendiri.

Salah satu contoh pemberdayaan yang menarik adalah apa yang ada di SMA Negeri 8 Jakarta. Bagaimana alumni di sekolah tersebut membentuk sebuah Yayasan yang fokus berkonsentrasi pada pendidikan. Berawal dari hobi mengajar, alumni-alumni SMA Negeri 8 Jakarta membentuk Yayasan Bimbingan Tes Alumni (BTA), yang kemudian tumbuh menjadi salah satu bimbel terbesar di Jakarta. Fokusnya adalah membantu pihak sekolah dalam mempersiapkan siswa menghadapi Seleksi Masuk Perguruan Tinggi. Maklum, karena sekolah biasanya lebih fokus pada persiapan Ujian Nasional.

SMA Negeri 8 Jakarta dahulu bukanlah sekolah unggulan. Belum banyak alumninya yang diterima di Perguruan Tinggi favorit. Oleh karena itu, para alumni era 80an, seperti Arief Rivay, Sonny Soekarsono, Adrizal, Budhi Soesilo, Sugihardjo, dan Hasahatan Manullang, berkumpul dan berembug untuk memaksimalkan fungsi alumni dalam meningkatkan prestasi dan kualitas output siswa SMA Negeri 8 Jakarta. Hasil urun rembug alumni tersebut kemudian menghasilkan metodologi bimbingan oleh alumni. Awalnya, materi bimbingan dibuat masing-masing tentor, diketik, dan difotocopy. Namun sekarang seluruh soal sudah disusun oleh Tim Litbang tiap Mata Pelajaran dan dibukukan sehingga lebih tepat sasaran dan lebih praktis.

Hasilnya, prestasi SMA Negeri 8 Jakarta bisa meningkat. Kerjasama yang baik antara sekolah, guru, dan alumni mampu mengakselerasi prestasi sehingga menjadikan SMA Negeri 8 Jakarta sebagai salah satu sekolah unggulan, yang tidak hanya menduduki peringkat pertama sekolah negeri dengan hasil Ujian Nasional terbaik di Jakarta, tetapi juga memiliki angka daya serap lulusannya di Perguruan Tinggi Negeri favorit mencapai lebih dari 90%.

Kelemahan Bimbel

Memang konsep bimbel masih punya banyak kelemahan. Bimbel dianggap hanya melatih soal tanpa penanaman konsep, berkutat pada hal-hal praktis, instan dan tidak adil karena belum memberikan kesempatan yang sama pada siswa yang kurang mampu secara ekonomi. Namun semua itu pasti ada solusinya. Mungkin ke depan, diperlukan regulasi yang jelas, yang mampu mengarahkan bimbel menjadi jembatan menuju Perguruan Tinggi dan dapat dinikmati semua orang.

Sebagai penutup, bagi sebagian orang mengajar merupakan hobi. Dengan mengajar kita berbagi pengetahuan. Berbagi pengetahuan tentunya dapat mendorong kita mempelajari hal-hal baru, membuka cakrawala berpikir, dan menjadikan kita insan yang lebih baik dari waktu ke waktu. Because the purpose of education is to replace an empty mind with an open one.

Semoga bermanfaat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun