Mohon tunggu...
Septian Murival
Septian Murival Mohon Tunggu... Lainnya - Pekerja

Mendengar musik, membaca. Jika alam mengijinkan diakhiri dengan belajar menulis.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Masa Lalu

6 Juli 2024   09:28 Diperbarui: 6 Juli 2024   09:40 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Tak ada yang akan menunggumu

Malam ini

Tak satu pun peduli

Kebodohan itu tlah dibasmi

Keyakinan pun tak berkutik lagi


Jalanan yang ramai di depan rumahmu

Tak pernah rindu lagi

Bahkan lampu-lampu di persimpangan

Tak lagi redup, telah berdandan

Mereka tak mau sakit

Semua harus dilupakan


Jendela kamarku yang pemarah

Hanya tinggal rangka dan renta

Ia mengigau ingin kembali dimasa itu,

Penuh gairah budak cinta

Sedang sapu tangan yang indah dulu

Hanya tinggal buntalan benang, satu satu

Kenangan ini akan segera kubakar

Diatas tungku

Tentang rasa ini, hanya aku dan Tuhan yang tahu


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun