Dua Teruna Dalam Gulana
Karya : Septian D. Arianto
Malam dipandang hanya selimut kabut hitam
Yang menyelubungi dua jiwa dengan lara
Sementara siang datang dengan gemilang
Mereka sibuk menerka-nerka dimana pujaan
Kupandangi tegarnya tembok es perkasa diantaranya
Bagaimana ia dibangun dengan hati penuh asmara?
Aku sendiri saja bahkan tak mau menerkanya
entah mengapa dibangun terkapar di tengah gurun gusar yang merana
Kau dapati di sisi kanan tembok tegap berdiri
Ribuan mata sungai yang berderai-derai tanpa henti
Dari kelopak mata teduh hutan sang bidadari
Yang sebak dadanya bisa kau rasa sehingga nanti
Dan sementara di sebelah kanan pula
Gurun gersang yang mencekam sukma
Dipendari mentari yang menyulut cahaya
Berkobar lewat nadi pemuda penuh murka
Lantas mengapa, mereka enggan bertatap muka?
Bukankah dalam kenang masih mengigau asmara?
Dan mengapa malah membina tembok beku raksasa?
Bukankah keruntuhannya adalah sebuah harap yang dipinta nyata?
Sidoarjo, 19 September 2021
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI