Edwin dan Elsa berjalan cepat menjauhi Hotel Alami, lalu menyeberang jalan. Sampai di seberang jalan, keduanya menghentikan taksi kuning yang lewat. Edwin duduk di depan lalu mengenakan blangkon, sementara Elsa di belakang. Sopir taksi yang berbaju batik coklat dan bertubuh ceking dengan kulit coklat serta rambut keriting dan berkumis tipis menyapa ramah kepada Edwin. "Mau ke mana, Pak?"
"Jalan Bantul, Pak. Dongkelan." kata Edwin sambil melirik Elsa yang kini membuka baju batiknya, hanya bertanktop hijau mengikuti warna baju dan rok batiknya.
"Segera meluncur, Bapak." Sopir taksi itu memperkenalkan dirinya sebagai Anhar, lalu melajukan taksi.
Saat taksi tersebut mulai berjalan cepat, terdengar sirine tiga mobil polisi di belakang. Taksi kemudian menepi sebentar memberi jalan pada tiga mobil polisi itu lewat. "Tampaknya mereka tengah mengejar buronan, Pak. Anda berdua bukan? Bapak Edwin dan Ibu Elsa?"
Edwin melirik Elsa lagi, lalu mengedipkan mata. "Kok Pak Anhar tahu, Pak? Coba perhatikan baik-baik istri saya di belakang dengan kaca spion depan."
Anhar melihat Elsa yang bertanktop hijau memasang pose menggemaskan, lalu dia menepikan taksinya dan mengerem. "Rasanya kok pusing."
Edwin dan Elsa tersenyum melihat Anhar pingsan dengan muka tertelungkup ke setir mobil sehingga klakson menyala. Cepat-cepat Elsa, juga Edwin mengambil kacamata hitam dari travel bag mereka masing-masing, lalu memakainya. Edwin menyimpan blangkon di travel bagnya, kemudian mereka berdua keluar dari taksi.
"Kita berada di ujung utara Jalan Malioboro, Elsa." kata Edwin sambil membawa travel bag miliknya, sementara Elsa mengikuti di belakang.
Klakson taksi masih menyala saat Edwin dan Elsa pergi sehingga para pedagang maupun orang-orang yang lalu-lalang menjadi curiga. "Hentikan dua orang itu!" kata salah satu pedagang. "Rampok taksi!" teriak salah satu anak nongkrong di situ.
Segera orang-orang mengepung Edwin serta Elsa, bersiap menyerang. Jarak Edwin dan Elsa dengan orang-orang tersebut hanya lima puluh meter saja.
"Selama ini aku yang beraksi, Edwin. Sekarang giliran kamu." kata Elsa menepuk punggung sepupu tersayangnya itu.