Awal November 2013 pukul sepuluh malam, Joni Bong yang baru menikah selama dua minggu, tertidur pulas di ranjang kamar tidurnya. Sang istri tercinta yaitu Quentina Saverina alias Rina Bong tengah mandi di kamar mandi dalam kamar tidur itu juga. Malam itu cukup panas padahal sebenarnya sedang berlangsung musim hujan.
Karena panas itulah, Joni tidur telanjang tanpa memakai apapun. Joni sama sekali tidak menyalakan AC walaupun memang ada AC yang terpasang di kamar tidurnya itu.
Lampu kamar tidur pun masih menyala putih terang. Joni yang katanya peduli kesehatan tentu tahu sebenarnya kalau tidur saat lampu masih menyala itu tidak baik, tapi kalau dia sendiri sudah sangat mengantuk lalu tertidur pulas, apa salahnya.
Untung Joni tidak mendengkur, tapi masih sempat mengiler di bantalnya, satu hal yang membuat Rina geleng-geleng kepala begitu selesai mandi dan keluar dari kamar mandi.
Rina yang sangat cantik dengan kulitnya yang kuning langsat serta tubuhnya yang sangat padat nan sintal juga termasuk tinggi untuk ukuran wanita.
Rambutnya yang berwarna hitam kecoklatan terurai sepundak dengan begitu indah dan kali ini Rina hanya berbalut handuk pink yang menyelubungi tubuh seksinya.
Rina menaruh handuk di tempat gantungan samping lemari, lalu sepenuhnya telanjang kini berjalan ke cermin dan memperhatikan seluruh tubuhnya selama beberapa detik, lalu berbaring di samping Joni, mencoba untuk tidur.
“Hmmh,” desah Joni membuka mata, menatap langit-langit dan juga lampu yang masih menyala. Dia mengelap iler yang mengecap di pipi kanannya, lalu beringsut miring ke kanan dan menatap istrinya yang sangat cantik dan superseksi itu terlentang begitu telanjang seutuhnya.
Joni menutup mata sejenak, menjaga supaya dia tidak terangsang lagi karena sudah tiga hari berturut-turut mereka bercinta dengan sangat menggebu-gebu, maraton tanpa henti di sepanjang Jum’at, Sabtu dan Minggu.
Kini hari Senin malam dan Joni ingin beristirahat sejenak. Seks hebat pun perlu jeda, begitulah menurut Joni.
“Sayangku Joni, kamu sudah bangun?” kata Rina sambil memeluk Joni begitu mesra. Tangan kanan Rina langsung menyentuh perut Joni, lalu mengelus-elusnya dan tangan itu pelan tapi pasti langsung berkelebat menuju senjata terhebat setiap pria. “Aku kepingin lagi, Sayangku Joni.”