Mohon tunggu...
Septian Putro
Septian Putro Mohon Tunggu... -

Pendidik di Bizsmart School Depok

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Antara Ahok dan Tragedi ’98

18 November 2014   17:23 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:31 482
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14162809441022029209

Tak dapat kita mungkiri bahwa pada akhirnya Jakarta akan dipimpin oleh seorang non muslim, asli Tionghoa pula. Bahkan Ahok juga tak pernah percaya bisa menjadi seorang gubernur di Jakarta. Ia pernah berkata pada ayahnya, “Ah, mana mungkin orang macam minyak babi seperti kita ini bisa jadi seorang yang berpengaruh?” Tapi apa yang terjadi justru sebaliknya.

Reaksi keras berdatangan dari pihak muslim, karena mereka meyakini sebuah dalil bahwa tidak akan beruntung mengangkat pemimpin dari golongan orang kafir. Reaksi paling keras datang dari ormas yang bernama FPI (Front Pembela Islam) yang dipimpin oleh Habib Rizieq. Mereka melakukan demo besar-besaran bahkan mengarah ke anarkis menentang pengangkatan Ahok sebagai Gubernur. Habib Rizieq juga sempat menulis status di akun “facebook”-nya alasan penolakan Ahok.

Jakarta sedang panas saat ini. Padahal sekarang musim penghujan. Sebagian menolak Ahok, sebagian lagi ada yang mendukungnya. Saya sempat tergelitik dengan status seorang teman yang berbunyi, “semoga Jakarta dilanda banjir, agar masyarakatnya bersatu.” Hehehe. Sepakat deh.

Saya pribadi menganggap ini sebuah karma bagi warga Jakarta. Tentunya kita tidak akan pernah lupa betapa bengisnya peristiwa Mei 1998. Ketika itu puluhan bahkan ratusan toko-toko dan rumah orang Cina dibakar. Penghuninya pun dibakar hidup-hidup. Wanita-wanita yang terlihat seperti orang Cina—bermata sipit dan berkulit putih—dilecehkan. Tak sedikit dari mereka diperkosa di jalan-jalan oleh sedikitnya lima orang. Setelah diperkosa tubuhnya dibiarkan tergeletak di jalanan. Bahkan ada yang dibunuh atau dibakar.

Media nasional seperti Tempo pernah memuat edisi khusus tentang korban kerusuhan ini. Tempo mewawancarai korban tragedi Mei 1998 itu. Kebanyak dari korban yang selamat sampai saat ini enggan ditemui, bahkan tidak sedikit yang mengalami gangguan jiwa karena beratnya beban yang mereka tanggung. Salah seorang pegiat HAM juga berpendapat tragedi Mei 1998 itu dikoordinasi karena tidak ada dari pelaku yang bergerak sendirian, selalu bergerombol, minimal 3 orang dan bersenjata. Target mereka satu, orang keturunan Cina. Rumah-rumah orang Cina menjadi sasaran mereka. Mereka masuk ke rumah tersebut dan langsung membantai penghuninya.

Mungkin Anda tak percaya dengan hal ini atau berkata betapa biadab orang-orang itu. Bagi Anda yang tak percaya silakan cari dan buka mata lebar-lebar. Anda bisa baca di koran, majalah, atau berselancar melalui Google. Dan pelakunya? Mereka yang bergerak secara terorganisasi itu? Kebanyakan dari mereka adalah pemeluk Islam. Berat bagi saya menulis fakta itu, karena saya juga seorang muslim. Tapi itulah yang terjadi. Pernah saya baca sebuah artikel tentang kesaksian korban, “mereka (para pelaku—pen) sambil meneriakkan takbir melempari rumah orang-orang Tionghoa dengan batu.” Informasi ini saya peroleh dari berbagai macam artikel di internet.

Sampai saat ini pelaku tragedi Mei 1998 tak pernah tertangkap. Wajar saja karena jumlah mereka bukan hanya puluhan tapi ratusan bahkan mungkin ribuan! Mereka bergerak secara masif dan terstruktur. Pegiat HAM terus berupaya mendesak pemerintah mengungkap kasus ini. Sayangnya sampai saat ini belum terlihat adanya kemajuan.

Jadi, jika sekarang Tuhan menakdirkan Jakarta dipimpin oleh orang non muslim. Kira-kira apa yang akan diperbuat masyarakat Jakarta? Apakah kembali memekikkan kerusuhan seperti tahun 98 atau… Atau apa ya? Hahaha. Kalau saya menjadi Ahok mungkin saya akan balas dendam pada orang-orang yang dulu membantai “saudara” saya. Tentunya bukan membantai seperti yang mereka lakukan tapi menjebloskan mereka ke penjara.

Mungkin Tuhan akan berkata, “Dulu kalian bantai orang-orang Cina, kalian bunuh mereka, makhluk yang Aku ciptakan, seenaknya. Sekarang kuberikan pada kalian seorang pemimpin keturunan Cina! Lalu, apakah kalian mau belajar dari masa lalu?”

Wallahua’lam.


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun